Selasa, 17 April 2012
Haidar Bagir
Sosok yang satu ini lebih dikenal sebagai entrepreneur muslim yang bergerak di bidang penerbitan buku. Mizan Bandung. Penerbit Mizan sangat dikenal karena menerbitkan buku-buku pemikiran muslim klasik dan kontemporer. Buku-buku seperti ini dari segi bisnis bukanlah sesuatu yang menjanjikan.
Ada banyak hal yang dikemukakan pak Haidar Bagir ketika menyampaikan makalah pada acara Rapat kerja Kurikulum Sekolah Tinggi Filsafat Sadra, di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, tanggal 16 April 2012, antara lain:
1. Pentingnya mempelajari Filsafat Islam Indonesia. Pikiran-pikiran filsafat-sufistik Syekh Hamzah Fansuri, Abd Rauf Singkel, Syekh Yusuf al-makassary, Ronggowarsito perlu dielaborasi. Ronggowarsito berpendapat: huwa la huwa; Dia bukan dia. Ini sangat Ibnu ‘Araby. Hamzah Fansuri pernah belajar di Persia, makanya beliau paham bahasa Persia.
2. Perlu juga mata kuliah sejarah Agama-agama di Indonesia, termasuk agama kuna, hindu, Budha. Sebab, ada penelitian yang mengatakan bahwa konsep ketuhanan Hindu-Budha memiliki tauhid yang sangat tinggi. Sayyed Mohsin Hairi? Lulusan STFI Sadra tidak boleh asing di Negara sendiri.
3. Untuk apa belajar falsafah?
a. Untuk mencari kebenaran;
b. Untuk menanamkan kebaikan
c. Untuk mengapresiasi keindahan.
d. Mungkin juga untuk memperoleh kebahagiaan?
4. Saya kata haidar, saya gandrung mempelajari Falsafah Ibnu ‘Araby. Sebab, dia sangat Qurany. Hampir seluruh bangunan pemikiran Ibnu ‘Araby pasti bertolak dari Qur’an. Ibnu ‘Araby juga mengajarkan kebenaran, kebaikan dan keindahan. Allah sebagai sumber cinta. Allah sendiri adalah cinta.
5. Apa posisi filsafat islam dalam masalah-masalah kemanusiaan:
a. Meluaskan wawasan dan semangat pluralistik. Kita mestinya membiasakan diri untuk belajar sesuatu yang bertentangan. Sampai kita merasa pendapat yang satulah yang paling top. Ketika mempelajari anti-tesisnya, kita berkata lagi, inilah pendapat yang paling benar. Ada banyak muslim fitry di tengah orang kafir. Sebaliknya, ada banyak orang kafir di tengah komunitas muslim. Sangat boleh jadi, orang non-muslim selamat karena cintanya Allah swt.
b. Memecahkan krisis modernism. Hidup tanpa filsafat, melihat hidup menjadi absurd. Orang modern akan mengalami keterasingan. Lihatlah kerusakan lingkungan. Sebetulnya bukanlah hanya karena keserakahan sekelompok orang. Padahal, kerusakan lingkungan terjadi karena kesalahan filosofis. Al-‘alam adalah juga “tanda-Nya” Allah. Alam mestinya dipahami sebagai ayat-ayat Allah. Kebahagiaan hidup ada pada ala mini. Krisis modernism karena kesalahan filosofis. Jadi, bukan hanya karena keserakahan.
c. Mencapai kebahagiaan. Bagaimana hidup ini bermakna. Semakin kaya, semakin beresiko. Sewaktu kita miskin, kita bekerja keras untuk mencari uang yang banyak. Setelah kita mendapatkan uang, di situlah bahayanya.
d. Ada pendapat yang menarik yang disampaikan pak Haidar terkait pandangan filosofis Syekh Ibnu ‘Araby tentang surga dan neraka. Surga dan neraka sebetulnya semua merupakan perwujudan cinta Allah Swt. Ibarat air dingin, bagi seseorang yang memiliki fisik yang sehat, dan tidak bermasalah meminum air dingin pasti akan menyehatkan dan menyegarkan tubuhnya. Sebaliknya, bagi orang yang lagi flu dan demam, meminum air dingin akan menambah penyakit yang sedang dideritanya. Demikian pula surga dan neraka itu. Neraka terasa sangat menakutkan dan panas bagi siapa saja yang pada dirinya ada dosa.
Wa Allah a’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar