Gallery

Jumat, 09 November 2012

Fenomena Dahlan Iskan

Pada acara International Conference on Islamic Studies ke-12 yang diselenggarakan di IAIN Sunan Ampel Surabaya menampilkan tokoh-tokoh nasional seperti Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, dll. Dahlan Iskan juga diundang baik sebagai jebolan IAIN Sunan Ampel Surabaya cabang Samarinda maupun kapasitas beliau sebagai seorang entrepreneur sukses. Sekitar pukul 17.05, saya mendapatkan tugas untuk menjemput pak dahlan di bandara Juanda Surabaya. Meskipun sudah terkenal bahwa pak Dahlan tidak suka dijemput, apalagi dengan ruang VVIP. Saya selalu mencari tahu bagaimana caranya bisa bertemu pak Dahlan untuk memastikan bahwa beliau betul-betul akan hadir pada acara AICIS. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa bertemu dengan beliau dengan Mas Budi. Begitu keluar pesawat garuda, saya lihat ada wakil gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, pak Dahlan berjalan paling depan sambil ngobrol. Saya memperkenalkan diri, bahwa saya ini dari Kementerian agama. Dengan nada tinggi, pak Dahlan berucap: kok dijemput, untuk apa dijemput, siapa yang nyuruh untuk dijemput. Saya tidak kehabisan akal, saya bilang: “Saya hanya ingin mengucapkan: wel come kepada pak Dahlan sambil merangkul beliau. Lha, Surabaya ini kan kampungku. Tidak usah repot-repot untuk menjemput saya. Sambil beliau pamit untuk singgah di rumahnya dulu. Kemudian, menuju hotel Empire tempat acara. Saya masih mengajukan pertanyaan sekali lagi, Tapi Bapak tahu kan tempat acara. Tahu, tahu, jawabnya singkat. Kami mengantar beliau ke mobil Alvard, warna putih. Sambil membuka jendela mobil, pak Dahlan melambaikan tangan sambil berucap, terima kasih ya!!! Pak Dahlan, demikian beliau disapa adalah tokoh yang sangat katchy sekarang ini. Hampir semua media nasional dan lokal meliput sepak terjang pak Dahlan terutama yang terkait dengan “pemerasan” BUMN oleh beberapa oknum DPR. Pada acara AICIS pak Dahlan berkisah tentang pahit getirnya perjalanan hidup beliau. Sebermula beliau hidup di pesantren, tapi pesantrennya hancur oleh kebiadaban Partai Komunis Indonesia (PKI). Setelah itu, beliau merantau ke Samarinda. Merantaulah menjadi titik balik dalam kehidupan Pak Dahlan. Sebab, dengan merantau seseorang terlepas dari beban keluarga, beban social, dan termasuk beban pacar. Kalau saya tidak merantau pastilah saya menikah dengan anak petani juga. Merantau menjadi pesan yang sangat utama dari pak Dahlan. Hampir semua sukses karena berani merantau. Pada orasinya, pak Dahlan menyampaikan pentingnya memetakan komposisi masyarakat Indonesia. Mungkin karena kita terlanjur terlalu banyak mencetak sarjana ilmu-ilmu social sehingga kita terlambat maju. Ke depan, sudah saatnya dipertimbangkan mencetak sarjana teknik. Pak Dahlan juga beberapa kali menyinggung keunggulan Universitas Islam Negeri sebagaimana kesan beliau yang baru saja seminggu berkunjung ke UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Pada sesi pertanyaan, semua calon penanya dipersilahkan naik kepanggung, dan dipersilakan menyampaikan pertanyaan satu per satu. Kemudian pak Dahlan menjawabnya, terkadang dengan jawaban yang panjang. Ada juga pertanyaan yang singkat saja. Ada yang bertanya tentang kesediaan pak Dahlan untuk menjadi pendiri salah satu universitas di Magetan tempat lahir beliau. Tapi pak Dahlan, dengan halus menolak. Alasannya, bahwa untukmengurus pendidikan harus dengan kesabaran dan nilai juang uang tinggi. Sudah terlanjur, hati saya pada wira usaha yang tentu tidak sama dengan habit pendidik. Kalau pengusaha selalu berpikir untuk mencari untung. Sementara pendidik tidak demikian. Ada juga seorang ibu (Rumah Tangga?) yang mengajukan pertanyaan bagaimana pak Dahlan berdisiplin untuk menjaga kesehatannya. Sebab, suaminya masih belum terllau tua sudah kena asam urat. Pak Dahlan menjawab dengan berkisah tentang penyakit yang diidapnya. Seperti ynag kit abaca lewat Koran dan buku yang ditulis beliau tentang tragedi penggantian hati beliau di Cina. Saya berkesempatan menjadi penanya kedua atau ketiga. Saya mengajukan pertanyaan bahwa untuk mmepercepat Indonesia maju, dan merawat generasi muda yang berpikir cerdas dan visioner, maka sesuai dengan pandangan pak Dahlan agar Universitas Islam Negeri menndapat perhatian khusus. Sebagai orang dekat Pak Presiden SBY, tolong pak Dahlan membisik beliau agar memberikan affirmative action terhadap IAIN-IAIN yang sedang proses mengajukan alih-status ke UIN. Di antaranya, IAIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Walisongo Semarang, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, IAIN Medan dan IAIN Palembang. Pak Dahlan dengan semangat menjawabL “setuju”!!! Ada banyak yang dikemukakan pak Dahlan dalam orasinya mengenai membangun semangat entrepreneurship. Beliau yakin bahwa Indonesia sekitar 15 tahun ke depan pasti akan maju atau terpaksa maju. Sebab, ada sekitar 136 juta penduduk Indonesia yang berpikiran maju. Mereka ini adalah generasi maju yang tanpa sentuhan atau intervensi Negara mereka pasti akan maju. Negara yang penting tidak mengganggu mereka, pasti mereka akan survive. Mereka ini bercirikan: (a) tidak taat kepada pemerintah. Karena biasanya orang pintar dan sejahtera sudah sangat tidak tergantung kepada intruksi pemerintah. (b) maunya serba cepat. Sekarang lihatlah transportasi pesawat semakin diminati. Lihatlah Pelni yang terkadang hanya diisi oleh 500-an orang, itupun mereka adalah kelompok pedagang yang sedang membawa barang dagangan yang banyak. (c) ngomongnya vocal dan ceplos. Orang kalau sudah sejahtera, dan sudah independent pasti vocal karena tidak terikat kepada pemerintah. Mereka inilah yang akan memaksa pemerintah menjadi Negara dan bangsa maju. Setelah pak Dahlan selesai berorasi, langsung turun panggung dan menuju lift. Prof A’la (Rektor IAIN Surabaya) dan Prof Dede Rosyada ( Direktur Diktis) menyusul beliau. Tapi pak Dahlan mencegahnya, sambil berucap: tak usah diantar. Tapi kedua beliau ini tetap saja mengikuti pak Dahlan sebagai tanda penghormatan. Dalam lift, saya menggunakan kesempatan agar pak Dahlan mau membubuhkan tanda tangan pada buku yang ditulis Krhisna Pabichara dengan judul: Sepatu Dahlan (2012). Pada sampul dalam buku itu pak Dahlan menulis: Bang M. Zain, Seang bertemu Anda mala mini di Surabaya. Kemudian beliau menulis tanggal, dan membubuhkan tanda tangan di bawahnya. Pak Dahlan, memang pribadi energik, unik, dan nyentrik. Langkah dan sepak terjangnya sering tidak terduga. Jawaban-jawabannya juga demikian, sering mengejutkan. Selamat dan sukses pak Dahlan. Maju terus. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: