Selasa, 11 September 2012
Sahabat Sejati
Di era sekarang sahabat sejati sudah luntur. Rasanya, sudah sulit mendapatkan kawan sejati. Konon, orang Jepang dalam membangun kerajaan bisnisnya hanya memilih teman-teman SMA-nya sebagai mitra bisnisnya. Orang Jepang tidak mudah membangun trust dengan teman-teman kuliahnya. Mungkin mereka berpendapat bahwa teman-teman SMA itu adalah teman sejati. Sebab, ketika belajar di SMA semuanya masih asli. Anak usia remaja belum bisa "berpolitik". Anak SMA dalam bergaul masih lugu. Mereka masih asli. Fenomena ini tentu berbeda ketika mereka sudah duduk di bangku kuliah.
Konon, pada masa revolusi kemerdekaan antara Natsir, Bung Karno dan Sutan Sjahrir sering berbeda dan berdebat sangat hangat dalam forum-forum nasional. Tentu hal ini dipicu oleh perbedaan pandangan dan haluan pemikiran di antara mereka. Tetapi, mereka tetap bisa membangun kesetiakawan. Dalam forum mereka berdebat sangat hangat, di luar forum mereka masih bisa tertawa bersama dan saling traktir makan. Menarik kan?
Fenomena sekarang tentu lain lagi. Ada kawan yang berseloroh, sekarang ini pilihannya ada dua. Apakah memakai teori panjat kelapa atau panjat pinang. Teori panjat kelapa adalah membiarkan kawan kita berkarya, berkarier dengan baik. Biarkan ia menjalani hidupnya secara alami. Seseorang yang kebetulan menjabat, biarkanlah ia menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Nanti pada saatnya, ia juga akan selesai. Tidak perlu ada skenario untuk "menjatuhkan" kawan sendiri. Ibarat kelapa kalau sudah tua akan jatuh sendiri.
Teori kedua adalah panjat pinang sebagaimana selalu dipertontonkan pada saat menjelang peringatan hari proklamasi. Setiap ada kawan yang ingin menggapai puncak, maka ramai-ramailah kita menariknya turun. Kalau perlu, batang pinangnya dikasih pelicin agar siapapun yang mau mencapai puncak akan tergelincir dan terjatuh. Demikian seterusnya. Sehingga sulitlah kita mendapatkan kader yang mumpuni untuk menaklukkan licinnya batang pinang itu. Semoga saja atraksi panjat pinang setiap menjelang peringatan proklamasi itu hanyalah seremoni belaka. Dan tidak menggambarkan fakta yang sesungguhnya yang terjadi di masyarakat.
Pertanyaannya kemudian, di manakah sahabat sejati itu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Menarik membaca tulisan pak Zain terkait panjat kelapa dan panjat tebing yang teman pak Zain katakan itu. Tapi teman saya menawarkan teori lain, yaitu panjat tebing. Dalam memanjat tebing, sesama pemanjat akan bekerjasama dalam menaklukkan tebing. Memang selalu ada orang pertama yang sampai di puncak tebing, tapi dia tidak terlepas dari sokongan dan bantuan teman2 pemanjat tebing lainnya. Pemanjat yang sampai lebih dulu akan mematok/meancangkan tali-tali di tebing agar pemanjat berikutnya bisa sampai ke puncak lebih mudah dibandingkan yang pertama. Teman saya yang lain menawarkan teori panjat tiang lampu jalan. pemanjat tidak berniat untuk menjatuhkan lampu, tapi niatnya adalah memasang lampu agar bisa bermanfaat memberikan cahaya untuk kemaslahatan orang banyak. bertolak belakang dengan teori panjat kelapa yang hanya membiarkan kelapa sampai tua dan jatuh sendiri. Apabila lampu sudah afkir, lampu tidak dibiarkan jatuh sendiri sehingga hancur di tanah, tapi diturunkan secara baik-baik untuk digantikan dengan lampu lain yang masih bisa bersinar. Menurut bapak teori panjat mana ya yang menunjukkan teman sejati? (salam dari Langsa)
Terima kasih Pak Yaser Amri. Saya kira tergantung konteksnya. Filosofi panjat kelapa itu menarik terutama dalam hal suksesi dan Pilkada. Untuk Panjat Tiang Lampu, rasanya kurang populer. Dan biasanya tidak warna-warni. Sedang panjat kelapa itu mewakili banyak simbol. Pluralitas dan utilitas. Banyak buahnya, ada kecil dan masih muda, serta buah yang sudah besar dan siap petik. Ada yang sudah tua. Ada batang, pelepa kelapa dan daun kelapa. Dan kelapa itu, mulai akar sampai daun, pucuknya semua ada gunanya. Sedang tiang listik tidak demikian halnya. Bahkan ada humornya: tua-tua keladi, semakin tua semakin "menjadi-jadi". Tua-tua kelapa, semakin tua semakin bertsantan dan berminyak. Salam.
Posting Komentar