Senin, 21 April 2014
Pembinaan Akademik
Pembinaan akademik baik para program sarjana maupun pasca sarjana, akhir-akhir ini terasa longgar. Pada masa Prof. Harun Nasution, program pasca sarjana sangat berwibawa. Orang-orang yang mengambil program pasca adalah mereka yang memang memiliki niat untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Persyaratan masuk pasca juga tidak sederhana. Seseorang harus memiliki kemampuan bahasa (Arab dan Inggeris) yang memadai. Yang bersangkutan juga memiliki pengetahuan agama dan bidan keilmuan yang digelutinya. jadi, tidak sambil belajar di pasca. Ada buku tertentu yang harus dikuasai pada setiap mata kuliah yang diprogramkan. Ada dosen pengampu yang juga mumpuni pada bidangnya. Pada setiap kuliah, biasanya presentasi makalah yang sudah lama dipersiapkan. Mahasiswa pasca saling bertukar wawasan. Diskusi kelas menjadi hidup dan hangat. Para dosen pengampu, begitu masuk kelas pastilah membawa buku baru yang tidak disiapkan oleh perpustakaan setempat. Ada kebanggaan orang belajar di pasca.
Saya kira sudah saatnya, kita memperbaiki dan menata pasca ini. Saya kira perlu perbaikan pada hal-hal, sebagai berikut:
1. Mewaspadai Intellectual inbreeding. Seseorang belajar strata satu pada perguruan tinggi tertentu. iapun melanjutkan program strata duanya di tempat itu juga. Ilmu tidak berkembang kecuali orang-orang tertentu yang sangat bekerja keras untuk mencari ilmu.
2. Penguasaan bahasa lemah teruatam bahasa Arab dan Inggeris.
3. Judul tesis sering repetisi. Mengkaji hal-hal yang telah banyak diulas orang lain. Tesis ditulis tidak berdasarkan kegelisahan akademik. Dulu, sewaktu kuliah di UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, pimpinan pasca sarjana melarang mahasiswanya mengajukan kajian mengenai Imam al-Ghazali. Sebab, waktu itu, tesis, disertasi dan artikel mengenai ulama yang satu ini sudah sangat banyak. Sehingga, judul-judul mengenai imam Ghazali kalau diajukan pastilah tertolak. Dalam kaitan ini, perlu kebijakan Kemenag mencontoh Al-Azhar, Kairo. Setiap judul tesis yang diajukan, maka pihak rektor atau direktur pasca sarjana akan menyurati seluruh perguruan tinggi di Mesir agar mengecek dan memberi informasi mengenai judul dimaksud. Tentu ini sangat menarik untuk diakomodasi.
4. Maraknya praktik plagiasi. Plagiasi sama dengan mencuri. Kalau di perguruan tinggi maju, plagiasi termasuk "dosa besar" dalam dunia akademik.
5. Minimnya bahan referensi atau koleksi perpustakaan pasca sarjana. Mahasiswa harus mencari sendiri. hal ini terutama terjadi pada perguruan tinggi yang diselenggarakan masyarakat (PTAIS).
Walhasil, kita harus meningkatkan standar dan kualitas mutu akademik. Menciptakan atmosfir akademik di kampus. Riset dan karya ilmiyah dosen ditingkatkan. Academic writing menjadi kemestian. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar