Gallery

Senin, 28 April 2014

Menata Kurikulum Bahasa Arab

Bahasa Arab sangat penting, baik untuk pengembangan keilmuan, budaya, maupun pemahaman keagamaan. Bahasa Arab adalah bahasa pergaulan dunia internasional. Bahasa Arab adalah salah satu bahasa resmi PBB ( Persatuan Bangsa-bangsa). Bahasa Arab juga bahasa agama. Ke mana pun kita pergi, dan melihat masjid, pasti pada pintu gerbangnya ada tulisan atau huruf arab. Dulu, raja atau para sultan di nusantara memakai tulisan Arab pegon atau juga dikenal sebagai Arab- Melayu sebagai bahasa resmi dalam tata persuratan. Demikian beberapa pandangan yang disampaikan oleh Dr Lena, sebagai dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarifhidayatullah, Jakarta pada seminar nasional Standarisasi Kurikulum Bahasa Arab pada Madrasah dan Perguruan TInggi. Pada acara tersebut yang bertindak sebagai nara sumber Prof. Dr. H.D Hidayat dan Prof. Yumna Rasyid, MP.d. Sdr Dr Muhbib sebagai moderator. Saya bertindak sebagai key note speech, sebagai pengganti Prof. Dr. Dede Rosyada, Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Kemenag RI. Pada kesempatan tersebut, saya membahas beberapa isu krusial mengenai bahasa Arab, antara lain: 1. Pentingnya mereview kurikulum Bahasa Arab di perguruan tinggi. Sebab, selama ini Bahasa Arab menjadi "momok" bagi mahasiswa terutama bagi mereka yang tidak berlatar belakang pendidikan pondok pesantren. Selama ini, kurikulum kurang menggairahkan peserta didik untuk antusias belajar bahasa Arab. Sehingga lulusan PTAI kalau kebetulan berangkat haji ke Mekkah, menawar sorban saja masih kesulitan. 2. Bahasa Arab memilii keistimewaan, dan mungkin saja "kemukjizatan". Sehingga sampai sekarang masih eksis. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa Ibrani, dan Bahasa Yunani, yang sudah hampir punah. Bahasa Yunani dan Ibrani, dipelajari hanya untuk kepentingan dan kebutuhan akademik murni. Kedua bahasa ini tidak lagi menjadi bahasa pergaulan. 3. Bahasa Arab, juga menjadi penting karena penutur utamanya adalah mereka yang hidup pada kawasan timur tengah. Timur tengah terkenal sebagai penghasil minyak luar biasa di dunia ini. Ini membuka peluang kerja. Orang yang menguasai bahasa Arab memiliki peluang besar untuk menikmati kekayaan minyak di timur tengah. Demikian pula profesi lainnya seperti perawat atau dokter. Mereka bisa bekerja di sana, tentu dengan tingkat kesejahteraan yang lumayan. 4. Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya akan makna. Menurut catatan Imam al-Jahidz dalam kitab al-Bukhala, untuk menyebut "tukang makan', orang arab memiliki sekitar 20 kata. Ada nasysyal, qaththa', dst. Binatang unta bahkan memiliki lebih dari seribu kata. Dr Khalil Abd Karim menulis kitab dengan judul: al-'Arab wa al-Mar'at (Orang Arab dan Perempuan). Kitab ini bercerita tentang orang Arab yang sangat dekat unta dan wanita. Kehidupan orang Arab sangat lengket dengan unta dan wanita. Sehingga, orang arab kalau dilanda rindu kepada seorang wanita, mereka biasa mempersonifikasikan untanya dengan kekasihnya. Ada puluhan kata arab yang menunjukkan keistimewaan binatang unta ini yang sesungguhnya juga diperuntukkan bagi wanita yang dikasihinya. Mereka bersenandung dengan memakai kata yang menunjukkan unta kesayangannya, tetapi sesungguhnya yang dituju adalah sang kekasih di kejauhan sana. Patut dicatat, bahwa penggunaan kata unta bukanlah "penghinaan" kepada kaum wanita, tapi justeru sanjungan kepada mereka. Lekuk tubuh, dan bentuk unta, mereka personifikasikan dengan lekuk tubuh sang kekasih. Kuda juga mendapat porsi yang banyak dalam bahasa Arab. Demikian seterusnya. Remy Silado (sastrawan) menulis bahwa satu dari sembilan kata Indonesia adalah bahasa Arab. Sebagai contoh, Majelis Permusyawaratan Rakyat, ketiga-tiganya bahasa Arab. DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat) juga demikian. Kursi, saat, bab, salat, nikah, kiblat, masjid, koran, kitab, semuanya adalah bahasa Arab. Walhasil untuk memecahkan suasana sesekali saya melempar jok. Seperti seorang raja memerintahkan kepada algojonya: ihshi min qibalika min al-mukhannithin. Hitunglah para waria di kampungmu. Tetapi, sang algojo mendengar: ikhshi min qibalika min al-mukhannitihin, kebirilah waria di kampungmu. Dapat dibayangkan, hanya menambahkan satu titik pada huruf ha', masalahnya sudah menjadi kriminal. Demikian perlunya kehati-hatian dalam belajar bahasa Arab. Demikian. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: