Gallery

Senin, 14 April 2014

Berbohong

Sejak kecil, kita dilarang berbohong oleh orang tua dan guru. Berbohong adalah dosa. Dalam cerita anak-anak: "Saleh dan Karma", orang yang berbohong akan digunting lidahnya di neraka kelak. Orang yang sering berbohong akan menghancurkan dirinya sendiri. lalu, apakah tiada kebaikan dalam bohong itu? Nyatanya, orang yang sudah menginjak usia senior, tidak mau disebut tua. Bedak dan salon kecantikan akan menawarkan banyak kosmetik agar seseorang kelihatan tidak setua umur yang sebenarnya. Apakah ini juga bukan merupakan "topeng" kebohongan? Kalau kebetulan laki-laki sudah memasuki usia tua biasanya berpenampilan layaknya anak muda. Seperti memakai celana jeans, baju lengan pendek dan baju kaos dengan warna cerah. Kalau kebetulan uban sudah mulai muncul, maka semir rambut menjadi andalan. Bahkan ada yang berusaha mencari isteri yang lebih muda jauh di bawah umurnya, biasa berpaut 20 tahun dari dirinya. Dia kelihatan masih perkasa sebagai lelaki pujaan. Resikonya, ybs mencari obat kuat atau suntik hormon. lalu, apakah semua ini adalah melanggengkan "budaya bohong"? Atau fenomena ini membenarkan bolehnya seseorang berbohong asal untuk kebaikan. Bohong bisa mendatangkan maslahat juga? Lalu, bagaimana dengan larangan berbohong oleh para orang tua dan guru? Masihkan ada ruang untuk berbohong? Atau jujua saja, kapan saja, di mana saja, tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Kalau bertemu dengan wajah yang jelek, apakah kita harus terus terang mengatakan apa adanya? Atau mencari kata ( terpaksa berbohong) agar menghibur hati seseorang? Kalau seseorang kita tidak berkenan terhadap perilakunya, apakah dengan serta merta kita harus mengatakan apa adanya. Atau kalau kita jengkel dengan seseorang, terus terangkah kita? Atau kita masih pantas untuk bermanis kata untuk menjaga hubungan baik yang selama ini sudah terjalin dengan baik? Perlu kajian tentang bohong.

Tidak ada komentar: