Jumat, 05 April 2013
UNSIQ
Saya mendapat undangan dari Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al.Qur'an, Wonosobo. Tema yang diusung adalah Menggagas Kurikulum FITK yang transformatif, Humanis dan Qur'any. Tema ini cukup luas dan tentu membutuhkan pembahasan yang juga tidak sederhana. Berbicara pembelajaran yang humanis umpamanya tentu tidak mudah. Halmana dalam tradisi Islam seperti dalam ilmu nahwu sering dicontohkan kalimat: Dharaba Zaidun 'Amran. Zaid telah memukul si 'Amran. Dharaba, memukul bukanlah contoh yang baik dalam proses pembelajaran. Memukul pastilah kekerasan. Meskipun kata Dharaba dalam bahasa Arab tidak hanya bermakna memukul. Ada dharaba bermakna berjalan di muka bumi, wa iza dharabtum fi al.ardhi fa la junaha 'alaikum an taqshuru al.shalat, apabila engkau memukulkan kakimu, melakukan perjalanan di muka bumi, maka tiada dosa bagimu untuk menqashar shalat. Dharaba juga bisa bermakna, menyayangi. Seperti pada ayat: kalau isteri lagi nusyuz, durhaka dengan suaminya, maka sang suami boleh 'memukulnya', wadhribuhunna. Oleh sebagian ulama memahaminya bukan suami diperbolehkan memukul sang isteri, tapi dengan cara memukul isterinya dengan kasih sayang. Demikian salah satu pandangan, yang boleh diterima ataupun ditolak.
Dalam ilmu nahwu ada banyak tamsil yang sangat positif, seperti ungkapan:sirtu min al.bashrah ila al.kufah. Aku berjalan dari Bashrah ke kota Kufah. Kalimat ini memberi pemahaman pentingnya seorang santri atau mahasiswa untuk senantiasa melakukan penjelajahan dan travelling ke kota dan negara lainnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka menambah ilmu,dan memperluas intelectual networking, jejaring intelektual. Ada banyak tokoh dan ulama yang sangat sukses berkat travelling yang dilakukannya. Imam al.Bukhary, Imam Al.Syafi'i, Imam Ahmad ibn Hanbal, Ibnu Batutah, dll semuanya melakukan perjalanan menyusuri kota-kota pusat ilmu dan bahkan melintasi negara tempat kelahiran mereka.
Mengenai gagasan kurikulum berbasis spirit Quran tentu ini merupakan hal yang sangat menarik. Hal mana, selama ini biasanya para pendidik terlena dengan gagasan dan teori-teori akademik yang canggih. akademik, ilmiyah, dan sistematis. Padahal, simpul-simpul teori yang cukup sederhana sudah tertera dalam al.Quran dan Sunnah Nabi. Al.Quran berkata: Huwa allazi ba'atha fi al.ummiyina rasulan minhum yatlu 'alaihim ayatihi wa yuzakkihim wa yu'allimuhum al.kitab wa al.hikmah. Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam proses taklim harus didahului dengan proses tazkiyah, pensucian diri. Bathin, al.nafs harus bersih. Biasanya pondok pesantren mentradisikan berwudhu sebelum masuk kelas. Atau berwudhu atu shalat dhuha sebelum mengkqji kitab kuning. Santri tertentu justeru mendawamkan shalat tahajjud pada tengah malam. Lalu pertanyaannya, mengapa harus dengan air wudhu. Al.Quran berkata: Kalla la in lam yantahi lanasfa'an bi al.nashiyat. Nashiyatin kazibatin khathi'atin. fal yad'u nadiyahu sanad'u al.zabaniyah. Kalla la tuthi'hu wasjud waqtarib. Ternyata ubun-ubun ini berkaitan dengan sifat pembohong dan durhaka. Dengan menyentuhkan air wudhu, semoga ubun-ubun dapat dingin dan kembali kepada fithrahnya. Kesuciannya. Subhanallah. Sungguh dahsyat ajaran al.Quran ini. Demikian. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar