Gallery

Rabu, 24 April 2013

Kritik Hadis

Imam al-Khatib al-Baghdady menulis kitab al-Kifayah fi 'Ilm al-Riwayah (h. 111-112) memuat sebab-sebab seorang periwayat hadis "dijarah" (dinilai cacat dalam hal periwayatan sebuah hadis). Imam al-Mada'iny berkata: Qila li Syu'bah: lima tarakta haditha fulan-in? qala: ra'aituhu yarkadhu 'ala barzhun. Syu'bah ditanya: "Mengapa Anda meninggalkan hadis si fulan?. Jawab Syu'bah: Aku melihat ia mendorong kuda tunggangannya. Tentu mendorong di sini, bukanlah mendorong biasa, ada makna kiasan dari pernyataan ini. Diriwayatkan dari Jarir, ia berkata: Thana Jarir qala, ra'aitu Simak ibn Harb yabulu qa'iman. fa-lam aktub 'anhu. Aku melihat Simak ibn Harab kencing berdiri, maka aku pun langsung tidak mencatat riwayat/ hadis darinya. ADa juga periwayat hadis yang "dijarah" karena ia kedapatan main catur. Catur dianggap mengandung tipu muslihat. 'An Syu'bah, qala. Qultu li al-Hakam ibn 'Utaibah, lima lam tarwi 'an Zadzan? Qala, kana kathir al-kalam. Dari Syu'bah, ia berkata: Aku bertanya kepada al-Hakam ibn 'Utaibah, mengapa anda tidak meriwayatkan hadis dari Zadzan? Ia menjawab: karena dia banyak membual. Demikianlah para pengkritik hadis sangat selektif dalam menerima sebuah riwayat. Kriteria seorang periwayat adalah tingkat kecerdasan dan kemuliaan akhlaknya. Intelektualitas periwayat sangat penting untuk memastikan keotentikan riwayat atau redaksi hadis yang disampaikannya. Integritas pribadi juga sangat penting karena terkait dengan keluhuran budi seorang periwayat sebagai teladan dalam menegakkan aturan- aturan agama. Demikian. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: