Minggu, 14 Oktober 2012
Tebuireng
Saya mendapatkan kesempatan menghadiri wisuda Ma'had Aly Hasyim Asyari, Tebuireng Jombang pimpinan K.H. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah). Kebetulan saya mendampingi pak Wamen, Prof Nasaruddin Umar.
Dalam sambutannya, Gus Sholah menekankan pentingnya Ma'had Aly dihadirkan di tengah persoalan berbangsa dan bernegara. Sebab, ada banyak persoalan bangsa yang sampai sekarang belum selesai seperti bagaimana menyikapi ahmadiyah, syi'ah dan gambarvatau pernyataan pernyataan atau film yang ditengarai sebagai penistaaan agama. Sudahsaatnya, watak pesantren salafiyah memengaruhi pemikiran Islam Indonesia dan para alumninya masuk daalam jajaran birokrasi.
Prof Nasaruddin Umar dalam orasinya banyak menyinggung posisi sentral Pondok Pesantren Tebuireng yang memiliki sejarah panjang, dan sosok K. H. Hasyim Asyari yang telah berkontribusi yang luar biasa dalam sejarah revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia. Pondok Tebuireng ini ibarat majma'al bahrain, pertemuan ilmu logika dan spiritual sebagaimana digambarkan dalam al.Quran dengan sosok Musa dan Khidhr. Musa a.s sebagai lambang orang yang memiliki pengetahuan logik yang mendalam. Sedang Khidhr sebagai sosok yang mewakili pengetahuan dan kedalaman spiritual. Pondok Tebuireng adalah tempat menggodok kader ulama yang memiliki pengetahuan hushuli yang memadai dan pengetahuan hudhuri sekaligus. Alumni Ma'had Aly Hasyim Asyari akan lebih unggul daripada alumni Uin dan Iain. Demikian komentar beliau.
Selanjutnya, Prof Nasar juga menguraikan hal-hal lain, yakni:
1.era sekarang memiliki tantangan yang luar biasa di dunia pendidikan terutama dengan kegelisahan apa yang disebut sebagai split personality, keterbelahan personal. Murid dan atau mahasiswa sangat gampang marah, yang berujung pada tawuran bahkan pembunuhan. Di Malaysia masih mengajarkan sifat 20 bagi Tuhan sebagaimana teologi klasik yang juga masih diajarkan di pesantren. Tentu hal ini dimaksudkan untuk membentuk karakter anak didik. Pesantrenlah yang diharapkan dapat membentuk para santri berkarakter kuat. Sebab, pendidikan di pesantren sangat unik dan genuine. Pemanfaatan waktu malam untuk belajar dan shalat malam pasti berdampak pada pembentukan watak dan karakter para santri. Bukankah al.Quran dan peristiwa peristiwa penting lainnya justeru terjadi pada malam hari? Bukankah al.quran turun untuk pertama kalinya juga pada malam hari? Pesantren sekali lagi memiliki posisi vital dalam pembangunan pendidikan di negeri ini. Kita sulkt mengharapkan pembentukan karakter hanya dengan mengandalkan jasa konseling di sekolah. Bahkan ada berita di koran, ada konseling justeru dipakai oleh seorang pembinanya untuk transaksi natkoba. Ini menggelikan dan rasanya kita miris mendengarkannya.
2. Gus Dur memiliki kemampuan mukasyafah, menyingkap tabir rahasia ilahy. Gus Dur biasa dipersepsikan sebagai orang yang memiliki pancaindera keenam. Memang mistik dan mitos biasa diterjemahkan secara keliru. Tapi yang jelas dalam literatur tasawuf, seperti karya syekh Yusuf al.Nabhany, Jami' Karamat al.Awliya', ada sekitar 600an guru sufi yang didata oleh al.Nabhany. Pak Nasar berpendangan bahwa alangkah miskinnya seseorang yang hanyabisa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar