Gallery

Sabtu, 31 Oktober 2015

Asyiknya Belajar di Australia

Australia adalah surga belajar dan kuliah di universitas. Masyarakatnya tertata. Teratur. Patuh pada aturan. Tidak terlalu crowded. Menghargai perbedaan. Di kampus juga disiapkan sarana ibadah seperti Mushalla. Di sana disiapkan tempat yang representatif. Di dalamnya dilengkapi dengan mukena. Ada sajadah yang bersih. Ada kitab suci al Quran. Pamflet yang memuat pengertian al Quran , Islam, Nabi Muhammad, dst. Ada juga kitab Riyadhushshalihin dan Muntakhab al Ahadis. Mahasiswa yang tertarik belajar Islam, setelah shalat zuhur, biasanya kitab kitab tersebut dibaca bagian bagian tertentu. Sekitar 5 sampai sepuluh menit.
Kampus yang hijau dengan pepohonan. Udara yang segar. Kantin sehat dengan sejumlah menu. Asyiknya mencari halal food. Cari kebab. Chicken. Dan fish. Di Bar Hill, ada juga tempat minuman air mineral. Gratis. Ada juga air semacam aqua yang bisa dibeli, seharga dua dollar. Hampir di setiap sudut kampus menjadi indah dan tempat rekreasi. Udaranya sejuk. Semilir angin sepoi menghembus. Menyegarkan. Warga kampus sangat ramah. Bertanya apa saja langsung direspon. Warga kampus juga sangat plural. Dari berbagai bangsa. Ada Australia, China, Korea, Jepang, Malaysia, India, dan Indonesia.
Itulah pemandnagan di Newcastle University. Sarana olah raga yang memadai. Terbayang oleh saya, kita membutuhkan berapa lama untuk menciptakan kampus seasri Newcastle atau sebaik kampus- kampus di negara- negara maju? Kita membutuhkan Quantum Leap. Kita membutuhkan rektor yang visioner. Kita membutuhkan pemimpin kampus yang bisa dan berani melakukan lompatan besar. Sebab, benar kata ahli manajemen, Prof Rhenald Kasali bahwa seorang pemimpin harus memakai head, heart, and guts. Bahwa untuk sukses memimpin, seorang harus memakai kepala atau kecerdasan. Harus memimpin dengan hati. Sentuhan humanitas sangat dibutuhkan. Bahwa seorang pemimpin tidak saja selalu menekan bawahannya agar bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tetapi ia juga sesekali menanyakan keadaan keluarga bawahannya. Bagaiman kesehatan isteri atau suaminya. Di mana anak- anaknya sekolah. Apakah mereka sehat dan terus berkembang. Seorang pemimpin juga harus memiliki gut, nyali. Apalagi di era sekarang ini, dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa dan berani mengambil resiko. Pemimpin yang hanya mau tahu beres pekerjaan dan tidak berani mengambil resiko yang terukur, maka sesungghnya sebaiknya ia harus memberi kesempatan kepada yang berani. Di era yang tidak menentu ini, seorang pemberani sangat dibutuhkan kehadiran. Nyali itu penting.


Tidak ada komentar: