Gallery

Jumat, 23 Oktober 2015

Memburu Bule

Buku Bule Hunter, kisah-kisah perempuan pemburu Bule, karya Elisabeth Oktofani sangat menarik untuk dibaca. Penulisnya juga seorang perempuan yang bersuamikan seorang Bule. Bukunya ini didasarkan pada laporan jurnalistik, barangkali masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai keakuratan data yang ditampilkannya. Atau kedalaman perspektif yang disuguhkannya. Buku ini mirip catatan Muammar Emka dalam Jakarta Under Cover. Buku Emka ini sempat laris manis. Bahkan bukunya sudah dicetak dalam bahasa Inngeris pula. Kalau buku Elizabeth Pisani lebih mendalam lagi. Sebab, Pisani menulis dilatari penelitian mendalam. Ia juag dikenal sebagai seorang antropolog yang mumpuni di bidangnya.
Kembali ke buku Oktofani tadi. Ada beberapa persepsi orang mengenai perempuan yang memilih pasangan seorang Bule. Ada yang beranggapan bahwa mereka mau cepat kaya. Disangkanya Bule itu berpenghasilan tinggi, padahal ada juga yang hidup pas-pasan bahkan kere. Mereka mengira bahwa Bule itu open minded. Padahal pada kenyataannya, banyak juga Bule yang stupid, tinggi hati dan meremehkan bangsa lain. Apalagi bagi mereka yang berkulit cokelat. Mereka juga biasa meminta layanan seks yang "aneh" bagi orang timur. Pola hubungan dalam keluarga juga terkadang tidak pas. Ada kisah seorang Bule yang membawa perempuan lonte ke rumahnya. Sementara isterinya hamil tua. Sambil suaminya juga menenggak bir. Mabuk.
Ada lagi yang lebih seru, melihat orang Bule untuk mendapatkan kepuasan seks. Bahwa dengan "barang" ( maaf, anunya) besar, maka seorang perempuan dapat merasakan kenikmatan seksual. Padahal, tidak demikian halnya. Orang Afrika dan Arab terkenal memiliki " barang" besar, tetapi tidak menjamin seseorang bisa merasakan pantasi sesksualnya. Dengan "barang" yang besar, mereka tidak selamanya bisa memuaskan pasangannya. Sebab, kepuasan seksual tidak tergantung pada "anunya", tetapi juga suasana psikologis dan pola komunikasi yang dibangun kedua pasangan.
Menurut Oktofani, di sini letak kelebihan orang barat yang rata-rata bisa memainkan "barangnya" secara smart. Mereka juga bisa merayu dengan kata- kata yang menghanyutkan.
Buku ini memang seru. Hanya saja, mestinya informasi yang disuguhkan mestinya berimbang. Jangan hanya persoalan sekitar ranjang saja. Mestinya, si penukis juga memberikan contoh- contoh keluarga Bule yang berbahagia. Barang kali bisa memberi inspirasi bahwa ada pola hubungan keluarga yang lebih happy dan harmonis.
Saya menduga bahwa penulis buku ingin memberi informasi bahwa hati- hati bagi perempuan Indonesia yang ingin menikah atau mencari pasangan orang Bule. Sayang sekali, sampai akhir lembar buku ini, penulisnya tidak menyinggung bagaimana ia sendiri dalam menjalani kehiduoan keluarganya yang juga orang Bule.

Tidak ada komentar: