Gallery

Sabtu, 31 Oktober 2015

Perjalanan

Saya pernah membaca riwayat perjalanan seorang guru besar di negeri ini. Beliau sangat gemar melancong bersama isterinya. Di usia yang sudah tidak muda tersebut, professor ini mengunjungi hampir seluruh pelosok dunia. Ia memiliki filosopi hidup bahwa di sepanjang perjalanan pastilah Tuhan sudah menyediakan banyak kebaikan. Lalu, beliau ditanya, apakah Bapak pernah mengalami penipuan atau copet? Jawabnya ya. Tetapi dalam penipuan dan pencopetan tersebut pasti ada kebaikan. Setidaknya, uang yang diambil sang pencopet bermanfaat baginya. Barangkali dia lebih membutuhkannya daripada saya. Demikianlah.
Ternyata, benar kata leluhur kita bahwa semakin jauh kita merantau semakin mudah kita mengatasi kesulitan  hidup kita. Kita akan menjadi lebih kuat menghadapi tantangan. Kita akan lebih banyak bertemu dengan komunitas baru. Kita akan melihat budaya orang yang barangkali lebih maju. Masyaqqah al safar, kesulitan dalam perjalanan adalah bumbu- bumbu perjalanan itu sendiri. Qul siru fi al ardh fa anzhuru kaifa kana 'aqibatul mukadzdzibin. Berjalanlah di muka bumi ini. Dan lihatlah bagaimana nasib orang- orang yang mendustakan ayat-ayat Tuhan.
Melakukan perjalanan tidaklah sekedar melihat dan menikmati keindahan alam, keanekaragaman budaya. Tetapi lebih dari itu adalah mengambil tamsil dan hikmah peristiwa-peristiwa dan sejumlah kejadian yang kita alami dan temui dalam perjalanan.
Sewaktu saya dan rombongan bertolak ke Newcatle University, kami melewati Sydney Air port. Kami sudah mendengar bahwa bandara Sydney sangat ketat mirip-mirp bandara Changi Singapura. Di pesawat, saya sudah mendapatkan cerita dari seorang Ibu yang bernama Ibu Rochmawati. Bahwa beliau sudah sepuluh tahun terakhir ini sudah bolak- balik ke Australia. Puetrinya bersuamikan seorang bule dan tinggal di Brisbane. Benar saja, kami melewati pemeriksanaan imigrasi di bandara dengan sangat ketat. Barang dan koper diperiksa satu persatu. Dan yang menarik adalah pemeriksaan dengan anjing pelacak. Barang bawaan dijejer. Dan anjing pelacak yang berwarnan hitam berkeliling menciumi satu per satu bagasi kami. Tepat di tas saya, anjing itu terus mencium bau di balik tas. Dua kali berturut- turut. Sang polisi mmutuskan untuk menggeledah barang bawaaan saya. Saya langsung berkata, dalam tas ini ada fresh banana. Buah pisang. Orang Australia itu, dengan aksen bahasa Indonesia, oooo pisang! Dan saya menambahkan, juga ada kue dari pesawat. Hal ini saya sampaikan untuk menunjukkan bahwa saya ini jujur. Menyampaikan apa adanya. Bahwa kue dan pisang tersebut dibawa untuk keperluan mendesak. Dan polisis perempuan itu, betul mendapatkan sebuah pisang dan kue. Pisangnya diambil, dan kuenya tetap dikembalikan. Selesai sudah!
N?oih hjkn.

Tidak ada komentar: