Gallery

Sabtu, 29 Agustus 2015

Nabi & Wanita

Saya sedang membaca sebuah buku inspiratif yang ditulis oleh cendekiawan muslim kenamaan, Prof A'isyah Abdurrahan bint al-Syathi'. Buku tersebut berjudul: Tarajum Sayyidat Bait al-Nubuwwah. Buku ini memuat sejarah hidup empat tokoh wanita utama yang membentuk karakter al-nubuwwah. Siti Aminah--ibunda Nabi saw--Siti Hajar--Ibunda Ismail--, Khadijah--isteri tercinta Nabi--, dan Zainab--salah seorang cucu Nabi yang melahirkan tokoh-tokoh utama--sepeninggal Nabi.
Ada banyak hal yang menarik dalam buku ini. Seperti pentingnya jalur nasab--keturunan--dalam menentukan pendamping hidup--isteri atau suami--. Wa awwalu khubthi al-ma'i khubth turabih. Wa awwalu khubth al mujtama' khubth manakih. Awal mula keruhnya air karena kotornya tanah. Sumber kekacauan semuah masyarakat karena kotornya pernikahan.
Siti Aminah, ibunda Nabi sangat disayang oleh Nabi. Sampai-sampai Nabi berucap: ana ibnu al-awatik ta'kulu al-kadid. Saya adalah anak ......yang makan roti kering.
Tokoh-tokoh pembaru,  nabi dan tokoh-tokoh dunia pastilah karena jasa para ibu dan perempuan yang kuat. Nabi Ismail tumbuh dan berkarakter kuat karena kebaikan ibunya, Siti Hajar. Mereka tumbuh di sekitar Ka'bah, dan masyarakat Mekkah dengan penuh kasih sayang. Nabi Musa besar di tengah-tengah istana Fir'aun yang tiranik. Tetapi, ada Asiah, isteri Fir'aun yang murah hati. Imam al Syafi'i, salah seorang imam mazhab, tumbuh sebagai ulama besar karena ibunya yang berkarakter kuat. Guru guru beliau juga ada ulama perempuan. Demikian pula halnya dengan Syeikh al Akbar, Ibnu Araby penulis kitab Futuhat al Makkiyah dan Fushush al Hikam, karena jasa para guru perempuan. Bahkan Ibnu Araby berpandangan bahwa wanita yang cantik adalah representasi, tajalli Tuhan yang paripurna di bumi ini.
Khalifah Harun al Rasyid yang tersohor itu, mengukir kejayaan Islam dengan tinta emas, karena jasa isterinya, Zubaidah. Beliau terkenal sebagai permaisuri yang zuhud. Oleh para ahli sejarah menulis bahwa pada zaman Haruna al Rasyid jaya, ditopang oleh dua sufi besar. Zubaidah, seorang zuhud yang hidup di istana. Dan Rabi'ah al Adawiyah yang juga zuhud dan hidup di gubuk. Dua-duanya perempuan dan hidup zuhud dalam tampilan yang berbeda.
Barangkali ada benarnya sebuah riwayat yang berbunyi-- meskipun redaksinya diperselisihi ulama hadis tentang kesahihannya: al nisa' 'imad al bilad. Iza shaluhat shaluha. Wa iza fasadat fasada. Wanita adalah tiang negara, apabila baik, maka mashalatlah negara itu. Sebaliknya, apabila buruk, maka runtuhlah sebuah negara. Sama juga dengan di era sekarang, tonggak kekokohan sebuah negara adalah keluarga. kalau keluarga baik, maka jayalah sebuah negara. Kalau keluarga buruk, maka ambruklah negara tersebut.

Tidak ada komentar: