Gallery

Rabu, 05 Agustus 2015

Rumah Makan

Rumah makan biasanya menyuguhkan menu khas masing- masing daerah. Ayam tangkap di Aceh. Ayam lepas di Lampung. Ayam Lodho di Tulung Agung. Ayam Taliwang di Lombok. Ada lagi Soto Betawi di Jakarta. Soto Kudus di Kudus. Soto Babat di Madura. Soto Banjar di Kalimantan Selatan. Ada juga Coto Makassar. Konro Karebosi--juga kuliner khas Makassar.
Indonesia dikenal sebagai surga kuliner. Sedari dulu dunia terutama orang-orang Eropah mengenal Indonesia sebagai negara yang kaya dengan rempah-rempah. Ada buah pala, merica, kayu manis, kenari, kunyit, lengkuas, dan lain-lain.
Ada hal yang menarik. Yakni warung Padang. Warung Padang tidak pernah mencantumkan harga menu- menu yang disajikannya. Sehingga ada jok yang mengatakan, warung Padang sangat demokratis ketika menghidangkannya. Tetapi sangat otoriter pada saat menentukan harga. Mereka seenaknya saja mencatat apa yang kita makan. Giliran urusan harga, tukang catatnya tidak ada pertanyaan. Tidak ada kompromi dengan pelanggan. Seenaknya saja menghitung harga- harga menu yang ditelah dinikmati pelanggan. Mengapa, setiap warung Padang jarang atau bahkan tidak sama sekali berani mencantumkan harga menu-menu yang ditawarkannya? Saya belum pernah mendapatkan warung Padang yang mencantumkan harga. Kalaupun ada, biasanya bukan warung Padang asli. Mungkin pemiliknya sudah bukan lagi orang Padang. Barangkali saya yang keliru dan belum mendapatkan informasi yang memadai.
Tetapi yang menghrankan, mengpa warung Padang tetap saja diminati? Mungkin karena cepat saji. Dan menyesuaikan cita rasa lidah nusantara.

Tidak ada komentar: