Gallery

Rabu, 05 Agustus 2015

Humor-Lebaran


     1. Seorang ustaz melakukan safari ramadhan di daerah pegunungan. Ia berceramah di sebuah masjid yang masih memakai lampu strong king. Butterfly mereknya. Inti ceramah ustaz bahwa manusia adalah makhluk termulia. Oleh karena itu, tidak seorngpun dibenarkan takut kepada setan, jin, dan dedemit. Tiba-tiba lampu padam. Sunyi senyap. Sang ustaz  juga gentar. Ia berujar, dengan suara terbata-bata” wahai umat Islam yang mulia”. Umma’ sallang malebbi’—bahasa Bugis. Di manakah kalian. Nadanya, khawatir. Ia juga kecut. Takut. Umma sallang malebbi engka manang mokki ga tu. Di manakah kalian. Apakah kalian masih ada di tempat?

2. Seorang ustaz berkhutbah. Sambil khutbah ia terus mencari-cari konsep khutbahnya di kantong jasnya. Hadirin, Allah berfirman. Ia mengulanginya sebanyak tiga kali sambil tangannya memeriksa sesuatu di kantongnya. Salah seorang jamaah penasaran, dan bertanya: Aga naseng Puang Allah ta ala. Firman Allah yang dimaksud, bunyinya apa, pak ustaz. Khatib menjawab: Marica' i Puang Allah ta’ala. Allah Swt lagi basah. Rupanya konsep khutbah andalannya itu basah. isterinya telah mencuci konsep khutbah sang ustaz tanpa memeriksa kantong jasnya. Ada-ada aja!
3. Ustaz yang satu ini lagi bingun. Hari-hari menjelang lebaran idul fitri. Tetapi belum ada uang belanja baju baru untuk kedua puteranya. Tiba-tiba saja ada undangan untuk khutbah. Alhamdulillah bisik pak ustaz dalam hati. Dengan antusias, ustaz menuju TKP. Ia berkhutbah dengan suara lantang. Setelah selesai, jamaah berduyung-duyung untuk  berjabak tangan sembari menyelipkan amplop ke saku pak Ustaz. Alhamdulillah sungguh ini adalah rejeki kedua putera saya, bisik ustaz  dalam hati. Setelah selesai, sang ustaz  ngebut pulang. Sesampai di rumah, ia mengecek kantong jasnya. Ternyata bolong. Satu-satunya yang nyangkut adalah selembar amplop dari panitia hari raya. Yang lainnya, jatuh!!!. 
Inilah kalau kita ceramah tidak dengan hati yang tulus ikhlas. Kata ustaz membatin. Kali lain harus ceramah dengan hatin yang bersih. Tulus. Ikhlas. Bukan karena uang. 


4. Seorang yang penuh perhitungan dengan kotak amal yang melewatinya. Ia merogoh dompetnya. Diambilnya uang yang paling kecil nilai nominalnya. Uang lima ribu rupiah. Beberapa detik kemudian, jama’ah yang duduk memperlihatkan selembar uang seratus ribu rupiah. Ia menyodorkan uang tersebut. Si fulan mengira bahwa uang itu adalah uang orang tersebut. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memasukkan uang tersebut ke celengan. Dasar pelit!

Tidak ada komentar: