Gallery

Rabu, 06 Agustus 2014

Pintarkan Mahasiswa

Di Indonesia masih terjadi ketimpangan. Eric Maskin ada banyak cara untuk mengukur apakah pertumbuhan ekonomi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, seperti umur harapan hidup, angka kematian bayi, dan angka partisipasi sekolah. Kaushik Basu menambahkan cara lain, yakni melihat kebebasan dan rasa berdaya. Seperti kebebasan dalam menentukan pilihan politik, kebebasan dalam memasuki lapangan kerja karena memiliki keterampilan yang memadai, dan kebebasan dalam pasar bebas. Kedua pakar ini berpendapat bahwa globalisasi merupakan salah satu penyebab ketimpangan kesejahteraan masyarakat terutama pada Negara-negara berkembang. Globalisasi hanya menguntungkan bagi pekerja terlatih dan terdidik. Sehingga bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan mengecap pendidikan akan tergusur dan cenderung memiliki pendapatan menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakatnya untuk sekolah dan mendapatkan pelatihan kerja yang cukup. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2012, Indonesia memiliki angkatan kerja 120,4 juta orang. Sebanyak 42,1 juta orang bekerja di sektor formal, 70,7 juta orang bekerja di sector informal, dan pengangguran terbuka 6,3 persen. Saat ini, sebanyak 54,2 juta orang dari 109, 7 juta angkatan kerja masih lulusan SD atau tidak lulus SD. Dan diperkirakan sampai tahun 2025 nanti ada sekitar 48 juta pekerja berpendidikan SD. Proses demokrasi yang berjalan sangat cepat juga turut berperan memperlebar kesenjangan. Sebab hanya pemilik modal yang dapat memanfaatkan peluang berdemokrasi dan menduduki posisi penting dalam institusi demokrasi. Singkatnya, angkatan kerja harus terdidik. Dan ini salah satu tugas utama pemerintah untuk mendidik dan memberi peluang seluas-luasnya kepada angkatan kerja. Eric Maskin menegaskan lagi bahwa perlu mekanisme desain untuk ini, yaitu serangkaian mekanisme untuk memberi insentif kepada perusahaan untuk melatih para pekerjanya. Teori inilah yang mengantarkan Maskin untuk meraih hadiah nobel ekonomi. Globalisasi menguntungkan mereka yang memiliki keterampilan karena bisa mengakses peluang di mana saja. Pekerja yang tidak terampil akan semakin tertinggal dan terpaksa bekerja dengan upah rendah, tegas Kaushik Basu. (dikutip dari laporan harian Kompas, 5 september 2012, h. 1 dan 20). Pandangan Maskin tersebut di atas diperkuat oleh temuan Prof Anne Booth, guru besar School of Oriental and African Studies, 13 Juni 2014. Bahwa Indonesia belum memiliki data akurat tentang tingkat kemiskinan. Data BPS menyebutkan bahwa kemiskinan berkurang dari 11,6% pada tahun 2012 turun menjadi 11,3% pada tahun 2013. Sedang Bank Dunia menyebut angka 13,3% masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan ( Anne Booth, Poverty and inequality in Indonesia, from Soeharto to SBY). Masih data BPS menyebutkan bahwa terdapat 18,1 % rakyat Indonesia yang berpenghasilan 1,25 dollar per hari, jadi kurang 14.750 rupiah dengan asumsi 11.800 rupiah per dollar AS. Penyebab utama kemiskinan adalah mutu pendidikan yang rendah. Pendidikan yang buruk menjadikan seseorang tidak memiliki kemampuan bekerja secara professional. Sehingga mereka hanya bisa menjadi buruh kasar dengan upah rendah.

Tidak ada komentar: