Kamis, 16 Mei 2013
Hadas Besar
Saya sudah membaca beberapa pandangan mengenai hadas besar. Ada yang sangat ekstrim yakni pengalaman Dr Mochtar Pabottingi ketika beliau sedang belajar di Amerika. Ada teman dari arab yang berkeyakinan bahwa orang Barat yang tidak beragama Islam itu najis. Sehingga berjabat tangan pun dengan mereka berdampak pada hukum. Hal yang sama menurut Prof Mustafa Ali Ya'qub menjadi perdebatan hangat ketika Presiden Amerika, Barack Husein Obama berkunjung ke Indonesia. Salah satu agenda beliau adalah berkunjung ke Masjid Istiqlal. Ada yang berpendapat bahwa presiden Amerika itu tidak boleh masuk ke Istiqlal karena berhadas besar. Prof. Mustafa mengajukan argumentasi bahwa pada masa Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama di madinah beliau sering menerima tamu di dalam masjid. yang sangat terkenal adalah kedatangan Raja Najran dan 60 orang anggotanya diterima Nabi di dalam masjid dan bahakn diriwayatkan mereka sempat melakukan kebaktian di dalam masjid pula. Demikian riwayat Ibnu Ishaq, penulis kitab Sirah al-Nabawiyah.
Semestinya kita berpikiran luas dalam hal muamalah--hubungan antara manusia--. Berjabat tangan dengan orang yang berlainan agama adalah termasuk hubungan muamalah. Dan bukan hubungan dalam kontek ibadah murni. Demikian pula halnya, kita tidak mendapatkan nash yang tegas dari Nabi yang memuat larangan berjabat tangan dengan mereka para ahl al-kitab atau yang lainnya. Justeru sejumlah riwayat kita menemukan yang sebaliknya. Bagaimana Nabi menghirmati tetamunya tanpa melihat latar belakang agamanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar