Gallery

Kamis, 23 Agustus 2012

PNS Bolos

Mudik lebaran adalah sesuatu yang sudah mentradisi. Sepertinya tidak ada lebaran tanpa mudik. Lebaran tanpa mudik, pasti tidak seru. Ada banyak kisah menarik seputar mudik. Siaran TV pun juga banyak melansir berita seputar fenomena mudik. Disamping hiruk-pikuk mudik juga ada banyak kisah miris. Seperti meningkatnya kecelakaan lalin ketika mereka mudik. Orang yang mudik juga terkadang abai terhadap peraturan lalin. Seperti seenaknya menggunakan jalur tertentu dengan kecepatan tinggi pula. Atau mereka lebih senang menggunakan kendaraan roda dua daripada naik bus atau menggunakan transportasi umum yang relatif lebih aman. Hari pertama lebaran, saya menyaksikan dua anak muda di siang bolong tergeletak di pinggir jalan raya. Ad banyak masyarakat sekitar TKP yang berkerumun. Ketika kami menyaksikan kejadian tersebut, saya berteriak: "tolong bawa ke rumah sakit". Saya sendiri tidak tahu apakah kedua anak muda itu masih hidup atau sudah meninggal. Dengan meningkatnya kecelakaan lalin hendaknya para pemudik berhati-hati dalam berkendaraan. Termasuk harus memilih jenis kendaraan yang paling safety. Pada hari pertama, para pegawai masuk kantor pasca lebaran. Sidak door to door. Para petinggi suatu instansi memeriksa setiap pojok ruangan. Absensi khusus diedarkan. Bahkan ditunggui oleh petugas khusus. Salam-salamanpun berlangsung meriah dari ruangan ke ruangan. Wajah sumringah terpancar dari wajah mereka. Bersalaman dengan tulus sambil mengucapkan: mohon ma'af lahir dan bathin. Minal a'idin wal fa'izin. Ada juga yang melanjutkan dengan perbincangan ringan sambil menanyakan keadaan keluarga, kisah-kisah unik seputar mudik. Pada sisi lain, kita juga menyaksikan pemberitaan media tentang masih adanya PNS yang bolos kerja pada hari pertama. Padahal, konon APBN telah membiayai belanja pegawai sebanyak 500 triliun. Anggaran yang sangat signifikan. Mestinya mereka lebih serius mengerjakan tugas-tugas negara. Saya tidak bisa mengerti mengapa masih ada pegawai yang masih mangkir di tempat kerja. Bukankah masa berlibur lebaran sudah cukup memadai? Saya kira perlu penelitian tentang hal ini. Atau memang pembinaan mental pegawai masih perlu ditingkatkan lagi. Atau sebagian pegawai sudah mengalami "kematian budaya" meminjam istilah Seno Aji. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: