Gallery

Senin, 06 Oktober 2014

Tahan Banting

Seorang kawan menelpon untuk berkisah tentang suasana batinnya yang sedang galau. Ia tidak terima diperlakukan dengan tidak wajar di kantor di mana dia sudah lama mengabdi. Dalam penilaian dirinya, pengabdian dan integritas sudah dijunjung tinggi. Kinerja yang all out juga sudah dilakukannya dengan mempertimbangkan resiko pekerjaan yang cukup mengancam setiap saat. Dari nada bicaranya, apa yang menimpanya adalah di luar batas-batas kewajaran. Bahkan tab terpikirkan sebelumnya. Saya berkata singkat, bahwa semua itu adalah suratan takdir. Mengalirlah bersamanya. Pasti ada hikmah di balik musibah yang menimpa itu. Titik. Setelah itu, saya merenung sesungguhnya apa hakikat kehidupan ini. Saya teringat oleh kata bijak seorang kawan yang hanya tamatan sekolah menengah atas bahwa: ....di mana anda terjatuh, maka di sana pulalah anda akan bangkit. Ada lagi kata bijak, tidak penting berapa kali anda jatuh (dijatuhkan), yang utama adalah berapa kali anda bangkit. Ibarat berlayar di tengah lautan dan samudra, ombak dan badai terkadang tidak bersahabat. Ia datang menerjang dan menghempaskan siapa pun. Memang tidak mudah memanej kehidupan di tengah situasi turbulance time. Tetapi, kehidupan harus terus berlanjut. Badai pasti berlalu. Jadilah manusia otentik. Tanpa keluh-kesah. Tanpa mengharap kecuali ridha Allah. tanpa dendam. Jadilah manusia merdeka. Bekerja di atas visi kehidupan. Tulus. Tanpa pamrih. Berjalan lurus, tanpa peduli penilaian sejawat, dan atasan. Pasrahkanlah semua kepada Pemegang kekuasaan. Milikilah kecerdasan "tahan banting".

Tidak ada komentar: