Gallery

Sabtu, 25 Oktober 2014

Tafsir Gender

Saya terhentak membaca artikel seorang dosen STAIN Purwokerto, Akrimi, namanya. Dia menulis paper untuk kepentingan AICIS, Balikpapan, nopember nanti. Kira kira judulnya menyorot tafsir bias gender. Penulisnya membahas pemikiran Edip Yuksel, dkk dalam Quran: a Reformist translation, 1998. Terma sa"ihat, thayyibat dan bikr menjadi fokus kajiannya. Terma saihatin dalam QS al.Tahrim ayat 5 yang berbunyi: asa rabbuhu in thallaqakunna an yubdilahu azwajan khairan minkunna muslimatin mukminatin qanitatin saihatin tsayyibatin wa abkaran. Ayat ini sering diterjemahkan sebagai wanita wanita yang berpuasa. Padahal menurut Abdullah Yusuf Ali, saihatin lebih tepat dimaknai who travel ( for faith and fast. wanita yang mengadakan perjalanan haji atau dalam perjalanannya juga melakukan puasa. Mufassir klasik dan abad tengah cenderung menafsirkan saihat sebagai wanita wanita yang berpuasa. Hal ini dilatari oleh budaya partriarki. Tafsir dominasi kaum lelaki. Padahal makna dasar saihat adalah bergerak dan berpetualang. Pelancong biasa disebut sebagai al.sayyahat. Makna saihat telah direduksi menjadi wanita shaleh yang berpuasa. Agar para wanita atau isteri itu betah di rumah. Agar mereka tidak melakukan aktifitas kemasyarakatan yang lebih jauh.

Tidak ada komentar: