Gallery

Senin, 04 Januari 2016

Tahun Baru dan Era Baru Pendis

Arahan Direktur Jenderal Pendidikan Islam pada awal tahun 2016, sebagai berikut: 1. Capaian serapan Ditjen Pendidikan Islam tahun 2015 mencapai 90,45%. Secara nasional, Kementerian Agama menduduki posisi ketiga. 2. Permohonan maaf dari beliau, barangkali ada yang kurang pas secara personal sifatnya. Semua karena pertimbangan profesionalitas kerja. 3. Tolong diingat secara terus menerus mengingat visi dan misi Ditjen Pendidikan Islam itu. Di antaranya adalah mewujudkan pendidikan Islam yang unggul, moderat dan menjadi referensi pendidikan Islam dunia. Kita harus harus fight untuk mewujudkan competitiveness pendidikan Islam. Daya saing pendidikan Islam sedang dilirik, baik secara nasional maupun internasional. Orientasi program dan kegiatan kita harus mengarah pada visi dan misi ini. 4. Visi yang ketiga hanya bisa tercapai setelah visi pertama dan kedua telah dicapai. Mewujudkan pendidikan Islam menjadi rujukan Islam dunia. Karakteristik dan distingsi pendidikan Islam harus dikedepankan. Untuk itulah, mulai minggu depan, semua direktur mempresentasikan program dan kegiatan yang mengarah kepada visi dan misi Ditjen Pendidikan Is Am. 5. Kita semua adalah pemimpin. Sebagai pejabat, kita harus menjadi pemimpin transformatif. Semua kegiatan yng kita lakukan, harus ada perubahan. Kita harus bertanya kepada diri kita semua, transformasi apa yang akan terjadi pada tahun ini. Kita harus bertranformasi semuanya. Kita harus terlibat semuanya. Jangan- jangan kita hanya selesai pada pengarahan kepada JFU. Kita harus mulai berpikir, apa yang harus saya lakukan untuk bertranformasi. Transformasi apa yang saya harus lakukan untuk mencapai visi ini. Pengalaman kita semua bahwa selama ini kita disibukkan oleh rutinitas. Rutinitas yang tentu produktif. Tetapi, saya ingin ada ruang di mana kita bisa. Thinking out of the box. Kita keluar dari rutinitas. Kita harus mengubah sedikit paradigma kita. Semua kita memiliki ide. Ada kritik mengenai personal relation. Hubungan personal. Kita tidak berjarak. Tetapi kita bicara profesionalitas, mungkin ada sedikit hirarki. Kalau ada JFU yang komplain kepada Kasubditnya berarti ada sesuatu yang tidak produktif. Ini hanya pengamatan sederhana. Saya mencoba menganalisis bahwa ternyata banyak hal yang kurang produktif terjadi karena kurang komunikasi. Ketika pertama kali mendengar 43 M tidak cair di Pondok pEsantren, saya sangat stres. Dan BTnya minta ampun. Saya sama sekali tidak pernah meragukan komitmen direktur PD Pontren. Semua eselon tiga sudah bekerja keras. Dari para motivator, semua orang memiliki potensi untuk baik. Semua orang memiliki chemistry. Insya Allah pada tahun 2016, kita akan menjadi lebih baik. Tolong semua regulasi dibaca. Ada contoh menarik, kemarin saya mendapatkan surat dari Kepala Biro Hukum dan KlN bahwa Saudara Dirjen Pendidikan Islam tidak bisa dibiayai oleh negara karena izin tertulis dari Menteri Agama RI tidak keluar. Saya ingin menyampaikan pesan pak Menteri setelah memberikan DIPA. pak Menteri memakai kata zhalim. Kita zhalim kalau rakyat tidak menerima bantuan. Karena kita tidak bekerja maksimal. Padahal kita diberi fasilitas yang banyak. Ada mobil dinas dan rumah dinas. Agar kita maksimal bekerja dan membuat regulasi, maka bantuan akan didaerahkan sebesar- besarnya. Kalau boleh, semua bantuan didaerahkan saja. Kegiatan- kegiatan yang kurang produktif, coba kita sisir lagi. Kita gantikan dengan program yang lebih cerdas. Dengan mencermati pengarahan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof Kamaruddin Amin, saya teringat dengan pendapat John Maxwel tentang kepemimpinan 360 derajat. Sebuah perusahaan besar yang sukses sangat ditentukan oleh pemimpim pada level tengah.

Tidak ada komentar: