Gallery

Rabu, 20 Januari 2016

Selamat Jalan, Gurutta Ali Rusydi Ambo Dalle

Pada shubuh hari, saya baru saja bangun tidur. Hand phone isteri saya berdering. Ada sms yang masuk. Di kegelapan shubuh, ia pelan- pelan membaca isi pesan tersebut. Inna Lillah wa inna ilaihi raji'un. Telah berpulang ke rahmatullah Gurutta Kyai RusydiAmbo Dalle. Dari Fatmawati Hilal. Saya istighfar. Saya membaca surah al Fatihah untuk Gurutta Dr Rusydi.
Saya lalu mengecek informasi tambahan. Saya telpon Adik Syahrullah Iskandar yang selama ini sering mendampingi Gurutta Rusydi. Syahrullah belum tahu informasi. Sebentar saya cari tahu, imbuhnya.
Berselang beberapa  menit, ia menelpon lagi dan memberi informasi bahwa benar Gurutta Rusydi telah wafat, dini hari jam tiga di Rumah Sakit Mayamada, jalan Fatmawati. Saya masih penasaran, saya check lagi kepada Saudara Muntaha, Balikpapan, yang juga kader DDI yang belakangan sering berkomunikasi dengan Gurutta Rusydi. Sambil tersedu- sedu menahan tangis kerinduan, ia membenarkan konfirmasi saya. Beberapa menit kemudian, terdengar lewat hpnya, isterinya, Hj Faridah setengah berteriak bertanya tentang informasi tersebut.
Semua kade DDI merasa kehilangan. Masih segar dalam ingatan, jumat, 17 Januari 2016 lalu, Gurutta Dr Rusydi selalu menyapa tamu dan para kader DDI pada acara Mukernas DDI di Makassar. Mukernas DDI kali ini terbilang istimewa. Sebab, dihadiri oleh Wapres, pak Jusuf Kalla, Pengusaha dan Saudara Bugis, Pak Aksa Mahmud. Prof. AGH Farid Wajidi juga menyampaikan pidato dan sambutan yang komprehensi. Ada pemutaran video penyerahan amanah dari AGH Prof Ali Yafie. Video ini sederhana, tetapi pesan dan muatannya sangat dalam. Malam itu, DDI hujan air mata. Saya sangat bersyukur karena bertemu kawan lama, antara lain, Ridhwan Hilal, Abbas, dan banyak lagi. Ada lagi yang unik karena peserta  Mukernas disuguhi  adegan sulap Mr Mind, Muhammad Ihsan salah seorang alumni DDI Kabellangan, Pinrang. Mr Mind telah mnghipnotis para peserta Mukernas. Ternyata ada alumni DDI yang ke,uar dari pakem. Alumni DDI tidak hanya berkiprah sebagai ustaz atau Kyai, tetapi ada pesulap, seloroh H. Aksa Mahmud dalam sambutannya. Sebagai saudagar, beliau berlesan bahwa alumni DDI harus didorong untuk menjadi pengusaha sukses. Bukankah, Nabi Shalla Allah alaih wa sallama adalah pengusaha sukses sebelum beliau dilantik menjadi nabi dan radul.
Dalam acara ramah tamah jumat malam itu, Gurutta Dr Rusydi menyampaikan pidato singkat. Beliau berpesan bahwa pidato saya singkat malam ini karena besok juga saya akan bicara. Memang beliau terkenal dengan ketawadhuannya yang tinggi. Kalem. Ramah, dan sangat menghargai lawan bicara. Beberapa pesan beliau yang saya ingat, antara lain:
1. Dulu banyak orang yang berpesan bahwa DDI bersatu hanyalah story. DDI bersatu hanyalah cerita. Sekarang, malam ini telah terbukti bahwa DDI bersatu sudah menjadi history. DDI bersatu telah menjadi sejarah.
2. Saya sedikit marah ketika tahu bahwa organisasi sebesar DDI belum terdaftar di Depdagri. IMDI juga belum terdaftar di dEPDAGRI. Organisasi Ummahat juga belum terdaftar di Kemenkumham. Saya marah. Saya bilang, mengapa DDI dipersulit proses pendaftarannya. Padahal DDI ini telah berjasa dalam mencerdaskan bangsa. DDI lahir sebelum kemerdekaan.
3. Saya sengaja memindahkan sekretariat DDI ke Jakarta agar bisa mengurus surat- surat agar legal. Di Jakarta saya akan memakai banyak orang yang bisa membantu.
4. Saya ingin membawa DDI ini menjadi organisasi profesional. DDI sebagai organisasi modern. Modernisasi DDI harus dilakukan. Agar DDI dapat berkembang seperti al Wahdah al Islamiyah yang sudah ada di 25 provinsi dan sekitar 300 an cabang di kabupaten.
Demikian beberapa pesan-pesan singkat beliau dalam sambutan singkatnya.
Besok harinya, sekitar jam 8.30 pagi hari sabtu itu, pada detik- detik pembukaan acara Mukernas, saya menghampiri beliau yang sednag duduk pada kursi baris kedua, sebelah kanan. Di sana sedang asyik bercakap-cakap, H. muhdin, Kakanwil Sulbar. Begitu saya mendekat, pak Kakanwil memberi saya trmpat duduk tepat di samping Gurutta Dr Rusydi. Sekitar 30 menit berbincang hangat. Saya bercerita agar dDI membenahi perguruan tingginya yang selama ini belum ada yang bisa diandalkan sebagai perguruan tinggi modern dan maju. Aset-asetnya, baik SDM maupun tanah harus segera diselesaikan. Selintas, say mengorek informasi pengalaman beliau di Mesir, di Jerman, dan eropah pada umumnya. Beliau juga berkisah tentang indahnya kota Isfahan, yang baru saja saya kunjungi. Gayung bersambut, saya juga menyampaikan pikiran- pikiran lengembangan pendidikan secara umum. Saya juga berpikir, mengapa Gurutta Dr rusydi demikian antusias melayani sejumlah pertanyaan yang saya ajukan. Beliau bicara datar. Sesekali saya menyelipkan humor orang Yaman yang buta huruf, tetapi mereka dengan gagahnya memegang senjata laras. Gurutta sangat paham karskter orang Arab.
Di tengah- tengah pikiran dan tenaga Gurutta Dr rusydi sangat dibutuhkan untuk pengembangan DDI, Allah Swt memangil keharibaan- Nya. Barangkali karena Gurutta Dr Rusydi telah sukses menyatukan kader kader DDI yang sudah lebih sepuluh tahun berpisah. Saya sangat terharu dengan wafatnya Gurutta. Betapa Allah Swt berkehendak lain. Semoga ada kader yang bisa memahami pikiran dan cita- cuta Gurutta Dr Rusydi. Semoga DDI dan spiritnya tetap menyala, dan DDI semakin maju. Selamat jalan Gurutta Dr Rusydi. Jasadmu telah tiada. Cita- cita dan pikiran Gurutta tetap hidup. Ruh tidak mati. Jasadlah yang mati. Semoga Allah swt menyempurnakan nikmatnya kepada Gurutta. Al Fatihah. Hidup DDI! Ewako!

Tidak ada komentar: