Gallery

Selasa, 12 Januari 2016

Pendidikan yang Menbonsai

Menarik membaca pikiran Ken Robinson yang diulas Yuswohady dibawah judul Menggugat "Pendidikan Bonsai".  Tragedi terbesar pedidikan dewasa ini adalah tidak membebaskan. Tidak melahirkan manusia merdeka. Tidak mendidik manusia mandiri dan independent.
Pendidikan tak ubahnya sebagai alat dan sekrup kapitalisme. Pendidikan dikesankan sebagai alat untuk mencari makan, mengejar kekuasaan, dan untuk menggapai ketenaran.
 Peserta didik disodori soal-soal multiple choice. Mereka diarahkan untuk mencapai target nilai dan indeks prestasi akademik tinggi. Pendidikan gagal untuk menemukan jati diri pesera didik. Pendidikan sejatinya membebaskan seperti gagasan Paulo Freire. Pendidikan semestinya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.  Pendidikan alternatif sejatinya yang lebih holistis, humanis, dan kreatif. Pendidikan yang mengedepankan empat dimensi: ekonomis, sosial, kultural dan personal.
Pendidikan harus mampu mentransformasi anak didik menjadi manusia dewasa yang berpengetahuan, berkepribadian dan berkearifan, tulis Yuswohady.
Persoalan utama dan kegelisahan Robinson adalah How Schools Kill Creativity. Walhasil, pendidikan harus melahirkan sosok kreatif, dan sosok pengubah dunia. Untuk lebih detail, ada buku Tony Wagner, Creating Innovators: The Making of Young People Who Will Change the World, 2015. (Komoas, 11 Januari 2016, h.29).

Tidak ada komentar: