Gallery

Minggu, 31 Januari 2016

Hidayatullah

Suatu hari saya mendapat undangan dari Pimpinan Perguruan Tinggi Hidayatullah, Surabaya. Saya bertemu dengan para pimpinan perguruan tinggi dari tujuh provinsi termasuk dari Balikpapan, Gunung Tembak, kota pusat Hidayatullah didirikan. Rupanya, STAI Hidayatullah Surabaya lebih berkembang dibanding yang lainnya.
Semula saya agak hati-hati berbicara dengan mereka. Sebab, pimpinan Hidayatullah ini relatif kurang persentuhannya dengan Kementerian Agama RI. Pembinaannya juga tidak seintensif dengan perguruan tinggi lainnya. Barangkali karena ada persepsi bahwa Hidayatullah memiliki pemahaman agama yang eksklusif yang berbeda dangan Islam mainstreaming.
Ternyata, berbicara dengan mereka juga mengasyikkan. Mereka sangat terbuka menyampaikan pandangan- pandangan keagamaan yang dikembangkannya selama ini. Mereka bersikukuh dan sangat menekankan perbaikan akhlak. Akhlak adalah kunci manusia sukses dan bahagia dunia dan akhirat. Apabila seseorang memiliki akhlak yang baik dan mulia, maka keterampilan dan profesionalisme akan mengikuti. Akhlak dan morallahnyang sangat sulit dibentuk.
Akhlak dan praktek ibadah menjadi penciri bagi pondok pesantren dan perguruan tinggi Hidayatullah. Dosen dan pimpinan PT harus memberi contoh dalam hal ibadah dan perbuatan. Tahajjud, dan ibadah hariannya menjadi tolok ukur keshalehah seseorang.
Dalam diskusi tersebut, ada juga yang menyampaikan pikiran secara sangat terbuka. Kami ini sebagai perguruan tingginya sedang merintis dan sebagian yang lain sedang merintih.
Hal yang menarik adalah mereka sudah bertekad untuk mempraktekkan pendidikan dengan cara-cara yang soft. Kami sudah capek dengan cara- cara lama. Saya melihat Hidayatullah sekarang sudah lahir generasi baru yang lebih otentik. Mereka lebih terbuka dan lebih energik. Pikiran dan mindsetnya sudah berubah. Saya tidak tahu persis, apakah doktrin para pendirinya sudah mengalami metamorfosis ke arah yang lebih akomodatif. Saya kira kajian yang lebih serius dan mendalam.
Terus terang, semula saya cukup berhati- hati dengan civitas akademika Hidayatullah. Tetapi ternyata perkiraan saya keliru.

Tidak ada komentar: