Kamis, 01 Agustus 2013
Merias Wajah
Saya berkunjung pada salah satu Mall di salah satu kota terpadat di negeri ini. Kebetulan saya naik motor, dibonceng oleh kawan. Setelah selesai hunting buku, saya ikut ke parkiran. Di siang bolong, saya menyaksikan pegawai Mall berseliweran di parkiran. Mereka duduk dan berdiri di motor masing-masing. Sambil cerita mereka juga berdandan. Tentu dengan bedak tebal, dan sejumlah alat rias lainnya yang biasa di simpan di tas kecil. Suasananya ramai. Sebagian yang lainnya menikmati makanan ringan, dan bakso. Mungkin lagi berhalangan untuk menunaikan ibadah puasa. Atau mereka itu non-muslim.
Saya menerawang dan berimajinasi. Mengapa kebanyakan kaum perempuan sibuk merias wajah? Dan terkadang lupa memerhatikan "inner beautynya"? Apakah kecantikan fisik lebih utama dari kecantikan "dalam"? Bukankah dengan merias wajah bisa juga mengakibatkan "merusak wajah"? Selanjutnya, dengan merias "kecantikan dalam" justeru akan mempercantik wajah. Ada banyak kawan atau kenalan, yang merias wajahnya seadanya, tapi kelihatan "berseri-seri". Ia tampak cantik alami. Ada banyak kasus, seseorang menghabiskan berjuta-juta uangnya hanya untuk merias wajah. Padahal, sesungguhnya ia masih memiliki kebutuhan lain yang sangat mendesak. Saya juga pernah membaca tabloid kota dan diceritakan ada seorang artis yang memiliki koleksi busana dan sepatu sampai ratusan. Saya berpikir, untuk apa semua itu dilakukannya. Sementara, penghasilannya tidak seimbang dengan stylenya. Belakangan, saya tahu, keluarga artis tersebut "berantakan". Kawin-cerai.
Konon, dalam sejarah Islam diceritakan bahwa A'isyah radhiya Allah 'anha juga suka "bersolek". Sampai-sampai Abu Hurairah pernah bertengkar dengan beliau, dan berkata: Perempuan tahu apa tentang ilmu (agama). Perempuan hanya pandai "bersolek". ( Ibnu Sa'ad, Thabaqat al-Kubra). Bahkan dikisahkan, wajah A'isyah sampai kemerah-merahan karena seringnya bersolek. Ada riwayat yang menyebutkan sampai-sampai Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama memanggil Sayyidah A'isyah sebagai " humaira'". Sang pemilik wajah, putih kemerah-merahan. Sampai detik ini, saya tidak tahu, apakah standar wanita cantik pada saat itu adalah mereka yang putih kemerah-merahan? Sayyidah Khadijah radyiya Allah 'anha juga terkenal sangat menjaga penampilan dan memelihara kecantikannya. Tentu hal ini tidak terlepas dari latar belakang beliau sebagai pengusaha wanita yang sangat sukses. Dapat dibayangkan, bahwa Sayyidah Khadijah menikah dengan Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama pada usia yang sudah tidak muda lagi. Usia 40 tahun. Tapi, beliau masih dapat melahirkan sampai tujuh kali. Jadi sampai umur di atas 50-an, Sayyidah Khadijah belum manupouse. Fenomena ini tentu tidak sederhana untuk dijelaskan pada ruang yang sangat terbatas ini. Termasuk keterbatasan pengetahuan saya mengenai obyek pembicaraan ini.
Lalu pertanyaannya kemudian, apakah bersolek itu memang "fitrah" seorang perempuan? Wanita, ya bersolek itu. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Assalamu 'alaikum warahmatullah
Ustadz mau tanya, bagaimana hukumnya bersoleh dalam islam ?, kalau saya baca di atas berarti boleh karena Aisyah juga bersolek dan dilihat oleh sahabat nabi, dan bagaimana pengertian tabarruj ?
wassalam
amin bonde
Posting Komentar