Gallery

Senin, 14 September 2015

Bibliotherapy

Seorang kawan dari Batu Sangkar, Dr Masril, baru saja meraih gelar doktor. Ia meraih gelar doktor bidang psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Tepatnya bidang keahlian bimbingan dan konseling. Ia bercerita tentang teori William Glasser yang dikembangkannya. Ia menerapi orang melalui buku bacaan, foto, benda-benda budaya, dan film. Di Televisi sudah banyak film-film motivator. Ilmu pak Masril ini juga sangat bermanfaat untuk konseling pengembangan karier seseorang. Agar karier seseorang dapat menanjak. Life is choice. Hidup ini adalah pilihan. Kaya adalah pilihan. Miskin pun juga pilihan. Ada orang yang mudah mengeluh. Orang seperti ini perlu ditingkatkan kesadarannya. Sakit adalah pilihan. Penderitaan tanpa sadar sesungguhnya juga adalah pilihan. Pendidikan harus mengubah external control psychology menjadi internal control psychology. Agar seorang siswa tidak gampang menyalahkan orang lain. Kalau ada masalah, sesungguhnya biang masalah tersebut adalah diri kita. Kita tidak boleh serta merta menyalahkan unsur di luar diri kita. Dari sini akan sangat penting konsep responsibility. Tanggung jawab penuh harus dimiliki oleh orang yang ingin sukses. Adapun informasi, nasehat dari orang, bahkan dari orang tua sekalipun tidak berarti apa-apa tanpa kesadaran dari diri kita. William Glasser menulis dua buku yang inspiratif. Yakni Choice theory dan Concealing with Choice theory. Kitalah yang paling bertanggung jawab atas hidup kita.
William Glasser berkisah tentang klien yang ditanganinya. Seorang iu rumah tangga mengalami kesulitan dalam membangun hubungan harmonis keluarganya. Ibu ini sering menyalahkan suami dan anaknya agar mereka mau berubah untuk menciptakan keluarga yang harmonis. Dalam beberapa kali konseling, si ibu belum bisa memahami pikiran dan konseling Glasser. Konseling tersebut tidak bisa membantunya untuk keluar dari masalahnya. Akhirnya Glasser menyuruh ibu tersebut untuk menonton film tentang kehidupan keluarga. Setelah itu, ibu datang menemui Glasser, sambil tersenyum ia berkata, "saya sudah menemukan jawabannya". Si ibu sudah mengerti apa yang harus dilakukannya untuk mengubah dirinya sendiri. Ternyata, dialah yang harus mengubah diri.
Andre Wongso bercerita tentang seorang tua kaya bertemu dengan anak muda, kekar, kuat tetapi hidup miskin. Orang tua kaya, wahai anak muda kaya, sapanya. Anak muda miskin merasa tersinggung karena faktanya ia bukanlah pemuda kaya. Ia hanyalah pemuda miskin. Lalu, anak muda bertanya, mengapa pak tua menyapaku dengan anak muda kaya? Padahal, saya ini hidup menderita. Hidup miskin. Pak tua kaya, maukah anda menjual wajahmu dengan 100 keping emas. Tidak, jawab anak muda. Maukah kamu menjual matamu denga harga sekian keping emas. Tidak! Dan seterusnya. Ternyata, kamu ini adalah orang kaya. Kamu memiliki banyak kelebihan. Tubuh dan pikiranmu sangat mahal. Ada banyak orang yang tidak menyadari akan kekayaan pada dirinya. Ia sesungguhnya tidak pernah menghitung aset yang dimilikinya. Anugerah Tuhan demikian melimpah pada dirinya. Hernando De Soto menjelaskan lewat penelitiannya bahwa rata-rata orang yang berdomisili di negara negara dunia ketiga tidak pernah menghitung aset yang dimilikinya. Sehingga mereka merasa tidak memiliki apa-apa. Alam bawah sadarnya mengira dirinya hidup dalam kemiskinan. Padahal aset tanah, rumah, kebun yang dimilikinya jika dihitung, cukup memiliki nilai aset yang tinggi. Mereka juga tidak pernah menghitung kekuatan aset dirinya sendiri. Ia selalu merasa miskin. Inilah persoalan mindset. Untuk memperkaya temuan pak Masri, patut untuk dibaca buku Bupati Hugua, Miskin dan Kaya adalah pilihan. Untuk sukses dalam hidup, setidaknya kita harus menerapkan 3C. Choice, Challenge, and Change. Selamat berubah. Change or Die.

Tidak ada komentar: