Rabu, 06 Juni 2012
Keluarga
Tahun 2009, saya berkunjung ke Belanda, Belgia, Jerman, dan Prancis. Saya ditemani oleh Mas Adjie salah seorang staf KBRI Belanda. Sepanjang perjalanan, saya mendapat cerita dan kisah hidupnya yang penuh liku-liku. Sebelumnya Mas Adjie sudah melanglang buana ke manca Negara. Ia sudah banyak makan asam garam hidup di rantau. Ia sudah hidup di Australia dan Singaapura.
Di Jerman, ia sudah lama di atas sepuluh tahunan. Bahkan ia telah mengakhiri masa lajangnya dengan mempersunting wanita Jerman. Konon, isterinya ini adalah blasteran Jerman dan Spanyol. Isterinya ini sebelumnya sudah bersuami dan punya anak kembar.
Ia bercerita, betapa keluarga Jerman sangat berbeda dengan keluarga di tanah air. Dalam keluarga mas Adjie, ia masih memberi izin kepada suami pertama isterinya untuk berkunjung ke rumahnya pada waktu dan hari-hari tertentu. Kunjungan tersebut, biasanya sang suami memanfaatkannya untuk bertemu dengan puteri kembarnya, dan bertemu dengan isteri pertamanya. Kunjungan ini bisa berlangsung seharian penuh. Sedang Mas Adjie sendiri member keleluasaan suami pertama isterinya itu untuk bebas bercengkerama dan bersenda-gurau dengan puterinya.
Pemandangan dan suasana seperti ini masih jarang terjadi di tanah air. Saya mengajukan pertanyaan kepada Mas Adjie, mengapa anda kok beristeri orang bule, janda pula? Ia menjawab sekenanya, mungkin itulah namanya “suratan takdir”. Saya menyarankan pula, sebaiknya Anda secepatnya pulang ke Indonesia untuk membangun bisnis peralatan kesehatan. Sebab, saya dengar di Jerman ini alat-alat kesehatan seperti peralatan operasi termasuk murah. Sementara di Indonesia merupakan lahan bisnis yang cukup menarik. Bahkan ada pejabat tertentu yang melakukan “mark-up” untuk kepentingan pribadi. Ia tertarik dengan tawaran saya. Meskipun sampai sekarang, saya belum mendapat kabar tentang kepulangannya ke Indonesia.
Tahun 2011, saya berkesempatan untuk berkunjung ke Mesir selama satu minggu. Di sela-sela waktu itu, saya berkunjung ke KKSS ( Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan di Mesir). Anak-anak KKSS Mesir sangat ramah. Ada hal yang menarik, di tengah kunjungan singkat tersebut, saya bertemu dengan seorang ibu yang sudah cukup berumur. Ibu ini kebetulan seorang kelahiran Medan dan suaminya seorang berkebangsaan Jepang yang berdomisili di Australia.
Saya bertanya kepada ibu ini, apa tujuannya ke Mesir yang sedang bergolak? Sang ibu menjawab: “saya kebetulan mencarikan sekolah yang tepat untuk cucu saya”. Saya kepingin mereka mendapatkan sekolah yang bagus di Mesir. Setelah mereka sudah bisa berbahasa Arab, saya akan berkunjung ke Eropah atau Amerika Serikat. Saya berpikir, ibu ini adalah sedang menikmati sebagai “warga dunia” (global citizenship). Betapa nikmatnya menjadi warga dunia. Sebab kita dapat menikmati aneka ragam budaya, adat-istiadat, dan bahasa bangsa-bangsa besar dunia. Betapa nikmatnya hidup penuh warna-warni.
Wa Allah a’lam.
0706012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar