Gallery

Minggu, 10 Juni 2012

Abdullah Bin Muhammad al.Mishry

Ia adalah seorang ulama kelahiran Mesir, hidup pada masa VOC Belanda tahun 1800. Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 1808 tampuk kekuasaan diambil alih oleh Maarschalk Daendels sebagai wakil kaisar Prancis. Tahun 1811, Raffles datang dan kemudian hanya bertahan sampai tahun 1816 dan digantikan oleh pemerintahan Belanda. Semua perubahan ini dialami oleh Abdullah bin Muhammad AL.Mishry. AL. Mishry mewariskan beberapa karya, antara lain: 1. Hikayat Mareskalek, yaitu Hikayat Maarschalk Willem Daendels ditulis pada tahun 1813 dan 1816. 2. Bayan AL. Asma' ditulis pada tahun 1809 atau 1810. 3. Cerita Raja-raja Siam ditulis pada tahun 1823 atau 1824. 4. Hikayat Tanah Bali, tidak bertanggal hanya diperkirakan ditulis pada tahun 1824 setelah AL.Mishry berkunjung dari Bali. Dalam Bayan AL.Asma', Al. Mishry menjelaskan bahwa pada tahun 1224 Hijriyah, Ia datang dari Tanah Sawerigading, lewat Pare Pare, dan selanjutnya menuju Kutai. Ia bertemu dengan Sultan Muhammad Salahuddin yang elok rupawan dan adil pemerintahannya. Oleh AL. Mishry dinilainya sebagai zill Allah fi al'alam, bayangan Allah di muka bumi ini. Ada kisah menarik Raja Nusyirwan Adil. Seseorang menjual sebidang tanah. Ternyata di dalam tanah itu ada tempayan yang berisi emas. Si pembeli mendatangi si penjual agar dapat mengambil tempayan emas tersebut. Tapi si penjual enggan menerimanya karena Ia sudah menjual tanahnya. Maka keduanya menyampaikan kepada raja Nusyirwan agar dapat memutuskan masalah mereka berdua. Maka Raja tertawa mendengarkan dakwaan kedua orang ini, dan bertanya, apakah kamu memiliki anak? Hamba memiliki anak laki-laki. Dan seorang lainnya menjawab, hamba beranak perempuan. Dan sang Raja bertitah: kawinkanlah kedua putera puteri kalian supaya emas itu menjadi milik kalian berdua. AL. Mishry mengomentari, sekiranya kejadian serupa terjadi sekarang, pastilah emas itu adalah milik raja. AL. Mishry juga biasa menyelipkan nasehat dalam kitabnya ini. Seperti sebaik- baik perkataan adalah yang singkat tapi maknanya banyak-- qashiran wa maknahu thawilan-- sebaliknya sejelek- jelek kalimat adalah yang panjang tapi maknanya sedikit-- karbitan wa maknahu qalilan. Berpanjang kalam dapat mengganggu kewibawaan raja. AL. Mishry mengutip Sultan Iskandar Zulkarnaen yang setiap surat yang hendak ditulisnya sang raja memutasi 13 juru tulis. Setelah surat selesai, maka Sultanpun menugasi juru tulis lain untuk meringkaskan surat 13 baris menjadi tiga baris saja. Sebab, semakin ringkas sebuah surat semakin banyak maknanya. Dan hal ini akan menambah kewibawaan sang Sultan. Demikian. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: