Minggu, 02 Maret 2014
Gorontalo
Gorontalo adalah tanah bertuah. Kota ini dikenal juga dengan serambi Madinah. Dulunya, kota Makasar yang dijuluki serambi Medinah. mungkin karena kedua kota ini, penduduknya dikenal dengan penganut Islam yang taat. Banda Aceh Darussalam dijuluki serambi Mekkah karena penduduknya juga sangat taat menjalankan syari'ah Islam. Dulu, Aceh sebagai kota transit jamaah haji dari berbagai penjuru nusantara sebelum mereka menembus samudra Hindia menuju Mekkah.
Gorontalo telah melahirkan tokoh-tokoh nasional dan internasional. Prof.Dr.B.J.Habibie meskipun lahir di kota Pare-pare, tetapi leluhurnya dari Gorontalo. Prof. Katili, ahli gempa juga dari Gorontalo. J.S. Badudu, pakar kamus Bahasa Indonesia adalah putera Gorontalo, meskipun beliau tumbuh dan besar di kota kembang, Bandung. H.B.Jassin, kritikus sastra Indonesia modern adalah putera Gorontalo. Jassin juga sebagai kolektor karya-karya sastra Indonesia. Perpustakaan beliau di Taman Ismail Marzuki, Jakarta sebagai pusat dokumentasi sastra Indonesia. Hampir seluruh pikiran, tenaga pak Jassin diwakafkannya untuk kemajuan satra Indonesia modern. Yang istimewa, di penghujung hidupnya, Jassin menghabiskan seluruh waktunya menulis terjemahan al.Qur'an bergaya puitis. Terjemahan al.Quran versi Jassin ini menuai kontroversi. Sebab, Jassin dinilai hanyalah seorang sastrawan. Beliau tidak memiliki kemampuan bahasa Arab yang memadai sebagai prasyarat untuk menafsirkan al.Quran. Konon, Jassin juga menulis karya monumentalnya itu dalam waktu yang panjang, dan di sembarang tempat, dalam perjalanan keluar negeri, di tempat tempat umum. Dan bahkan terkadang di bioskop. Meskipun Jassin mendapat hujan kritik, ia tetap pada pendiriannya untuk mewujudkan cita cita luhurnya itu. Dan akhirnya lahirlah al.Quran al.Karim, Bacaan Mulia. Karya Jassin ini enak dibaca, mudah dipahami. Dan kental cita rasa bahasa Indonesianya. Salah satu contohnya, ketika beliau menerjemahkan ayat: . Ihdina al.sirath al.mustaqim, tunjukilah kami ke jalan yang lempang. Shirath al.mustaqim, selama ini diterjemahkan dengan jalan yang lurus. Terjemahan Jassin lebih tepat ketimbang Departemen Agama RI.
Ada lagi, Ahmad Gobel, raksasa elektronik Indonesia. Ahmad Gobel sukses dalam bisnis elektronik karena filosofi pohon pisang yang dianutnya. Pohon pisang hampir seluruh, batang, daun dan buahnya bermanfaat. Dan pohon pisang akan selalu tumbuh, dan tidak akan berhenti tumbub sebelum menghasilkan buah. Meskipun berkali kali ditebang. Pak Gobel juga memiliki keahlian dalam menyeleksi para pegawai di perusahaannya. Strateginya adalah setiap pegawai baru dites langsung oleh beliau. Mereka diminta untuk menulis gaji yang pantas diterimanya sesuai dengan skill yang dimilikinya. Semakin besar gaji yang diminta, berarti pertanda tidak bakal lulus. Karena orang tersebut hanyalah mencari hidup di perusahaan. Dan tidak merasa memiliki perusahaan. Semakin kecil gaji yang diminta, berarti alamat dan pertanda bakal diterima bekerja. Sebab, tipe seperti ini merasa memiliki perusahaan. Demikian seterusnya.
Walhasil, Gorontalo, kota jagung adalah tanah bertuah. Konon, Ir Ciputra, raksasa entreprenuer Indonesia dengan bisnis provertinya juga lahir di salah satu desa di Gorontalo ini.
Sejak kecil, bacaan anak anak sekolah dasar ada danau limboto yang juga di Gorontalo.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar