Gallery

Jumat, 14 Maret 2014

Cinta itu Buta

Cinta itu buta, demikian kata pujangga legendaris Inggeris, Shakespiare. al-Hubba ya'ma, cinta itu membutakan, sabda Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama, riwayat Imam Ahmad ibn Hanbal, dalam kitab Musnadnya. Cinta itu buta ternyata bukanlah kalimat pertama yang diucapkan oleh pujangga Inggeris. Tetapi jauh sebelumnya, sudah turun temurun diucapkan bagi para pemuja cinta. Cinta itu buta, diulas lagi oleh Harian Kompas, dengan judul: Cinta Itu Memang Buta, tanggal 12 Maret 2014, h. 14. Saat seseorang jatuh cinta, maka korteks prefrontal, bagian otak depan yang mengatur dan mengendalikan logika menjadi tumpul. Begitu rasa cinta muncul, maka kemampuan menilai orang yang dicintai melemah. Demikian kesimpulan Andreas Bartels dan Semir Zeki dalam The Neural Basis of Romantic Love, dalam Neuroreport, vol II, nomor 17, tahun 2000. Cinta memang tidak sepenuhnya rasional. Cinta memang sangatlah emosional yang dibalut oleh kebutuhan untuk menyayangi ataupun ingin disayangi, hemat Taufik Pasiak, Sekjen Masyarakat Neurosains Indonesia yang juga dosen Universitas Sam Ratulangi, Manado. Cinta itu penuh gairah, keimtiman dan komitmen. Cinta yang paling rendah adalah mengagumi, yang hanya terikat pada keindahan saja. Cinta yang paling tinggi penyatuan diri sampai pada penegasian diri dengan yang dicintai. apakah yang seperti ini yang dimaksudkan oleh Sufi besar, rabi'ah al-'Adawiyah. Ketika cintanya hanya kepada Sanga Kekasih, pemiliki alam semesta, maka tak ada selain-Nya yang dapat menggoyahkan cintanya itu. Ia pun menolak semua cinta dari sesama makhluk. Sampai Rabi'ah menolak cinta dan lamaran Hasan al-Bashri, dan selainnya. Selanjutnya, terkadang juga cinta membutakan. Cinta tertolak dunkung pun bertindak. Cinta yang membutakan biasa membuat orang kalap. Orang yang dicintainya, berbalik ia memusuhinya. Bahkan sampai pada menghilangkan nyawa orang yang pernah dikasihinya? kaum pria kalau marah, maka otak yang lebih aktif adalah sistem limbik yang mengontrol emosi bekerja sama dengan bagian otak yang mengatur sistem motorik. Itulah sebabnya, seorang lelaki kalau marah sering menggunakan tangan dan kaki. Berbeda dengan perempuan, di saat marah, maka girus singulat (cingulate gyrus) yang bekerja, yaitu otak sadar yang merupakan bagian korteks prefrontal. Korteks prsfrontal adalah bagian otak yang dipakai untuk berpikir rasional. Sehingga, kemarahan pada wanita biasanya berwujud pada mata yang mendelik, tidak menggunakan tubuhnya untuk melakukan kekerasan. Kalau ada perempuan yang melakukan pembunuhan berarti sudah keluar dari takdirnya? Atau hal itu terjadi karena akumulasi dari penderitaan yang begitu lama sudah lama dipendamnya? Walhasil, benarlah sabda Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama bahwa cintailah orang yang engkau kasihi sewajarnya. Dan bencilah orang yang tidak engkau kasihi juga sewajarnya. Karena boleh jadi orang yang engkau cintai itu berbalik menjadi musuhmu. Dan orang yang selama ini engkau benci, berbalik menjadi sahabat yang mengasihimu.

Tidak ada komentar: