Senin, 30 Desember 2013
Tahun Baru
Penyamburan tahun baru demikian meriah. Bank Indonesia sudah menyiapkan sekitar 76 triliun. Tentu sebagiannya akan menjadi petasan. Betapa besar dana yang akan dihabiskan untuk menyambut tahun baru itu.
Jalan-jalan utama di Jakarta ditutup terutama jalan Jenderal Soedirman, Jalan M. Husni Thamrin. Pasti jalan sekitar Monumen Nasional (MONAS) akan macet total. Jalan ke puncak Bogor pada jam-jam tertentu juga tutup. Perayaan tahun baru sangat meriah. Gejala ini berlaku seluruh dunia.
Ada yang bertanya, bagaimana hukumnya merayakan tahun baru bagi umat Islam? Sebab, tahun baru ini sesungguhnya adlah tahun baru masehi. Tentu peringatannya masih keberlanjutan dari Hari Raya Natal? Sebagian ulama berpendapat moderat, atas nama toleransi sebaiknya anak-anak muda Islam mengadakan kegiatan keagamaan, zikir bersama pada waktu itu. Bukan untuk memperingati tahun baru, tetapi ada kegiatan "pengalihan". Agar supaya anak muda Islam dapat melakukan "muhasabah", introspeksi diri. Agar supaya mereka tidak tergelincir dari perilaku "hura-hura" yang sesungguhnya bertentangan dengan nafas dan spirit agama.
Wal hasil, sebaiknya bagi umat Islam, hal ini bisa menjadi pelajaran untuk membesarkan tahun baru hijriyah. yang setiap tahunnya juga diperingati, tetapi tidak semeriah dengan tahun baru masehi. Sesungguhnya kita dapat saling belajar antara satu dengan yang lainnya. Inti dari semua ini adalah perubahan. Adakah perubahan tahun juga berdampak pada perubahan hidup kita. Semoga. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar