Gallery

Minggu, 12 Juni 2016

Mencetak Dokter Muslim

Pada tanggal 3 juni 2016, saya mengikuti Launching Program Studi Ilmu Kedokteran UIN Maliki Malang. Hadir pada acara bergengsi tersebut, Prof Ali Ghufron, Ph.D, Direktur Jenderal Sumbe Daya IlmuPengetahuan Kemenristek Dikti, Prof. Dr. Imam Suprayogo, mantan Rektor UIN Maliki Malang, dan banyak lagi pimpinan perguruan tinggi se-Jawa Timur. Pada kesempatan tersebut, saya –mewakili Direktorat Jenderal Pendidikan Islam--menyampaikan point-point berikut: Bahwa Islam Indonesia sedang mengalami “kontestasi”. Berebut pengaruh. Saya teringat buku Dr Carool Kersten, Islam in Indoneia: The Contest for Society, Ideas, and Values, 2015. Indonesia dan Islam Indonesia dalam kontestasi. Kita sedang berebut pengaruh. PTKI harus mengambil peran- peran sosial dalam memajukan pembangunan. Insan akademis juga harus tampil sebagai intelektual publik yang tampil memberikan pencerahan kepada bangsa ini. Islam Indonesia yang moderat, rahmatan li al alamin, damai dan santun adalah karakter keberislaman yang kita ajarkan dan perjuangkan di seluruh PTKI. Islam khas Indonesia yang harus mewarnai Islam Indonesia. islam Indonesia harus memberikan kontribusi riil bagi tatanan dunia global. Sebab, nyatanya setelah Arab Spring, hanya Islam Indonesia yang terbukti kompatibel dengan demokrasi. Kita dan dunia sangat merindukan Islam moderat, damai, dan santun. Nilai- nilai toleransi, kedamaian, keadilan adalah nilai- nilai univarsal yang harus disemaikan. 1.Alhamdulillah, lima tahun terakhir, PTKI mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, baik transformasi kelembagaan dari Sekolah menjadi institut dan dari Institut menjadi universitas maupun tingginya peminat yang mendaftar ke PTKI. Kepercayaan pemerintah dan masyarakat terhadap PTKI menjadi modal sosial untuk berkembang dan menjadi perguruan tinggi yang sejajar dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia. Jumlah mahasiswa kita sekarang sudah menyentuh angka 800 ribu, dan semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama kita berharap tahun 2019 sudah bisa mencapai angka satu juta . 2. Era sekarang adalah Masyarakat ekonomi Asean. Tantangan kita semakin besar. Kualitas akademik dan mutu pendidikan kita harus bertambah baik. MEA mengharuskan kita untuk mencetak tenaga profesional pada bidnag masing- masing. Sekarang ini kita sudah memasuki era meritokrasi. Seseorang diangkat pada satu jabatan dengan mempertimbangkan kemampuan, kualitas, dan kompetensi yang dimilikinya. Bukan karena yang bersangkutan memiliki kedekatan primordial dengan seseorang. Era sekarang adalah era kompetensi. Seseorang dilirik karena kemampuan dan penguasaan bidang yang ditekuninya. MEA menciptakan tantangan dan peluang bagi orang- orang yang berkompeten. Sebaliknya, tidak ada tempat bagi orang yang berketerampilan rendah. 3. PTKI harus membuka ragam keilmuan dengan distingsinya. Islam Indonesia harus memberi kontribusi kepada dunia. Kampus ini harus tetap teguh atas kekhasan lokalitasnya. PTKI harus mampu membentengi gerakan ektrimisme. Kita harus menunjukkan Islam Indonesia yang lebih damai. Kita terus menyampaikan dakwah Islamiyah yang menentramkan umat. Bukan Dakwah yang mencaci maki. Dakwah, sejatinya bermakna " mengajak", bukan mengejek. Apalagi mencaci- maki. Era MEA, era meritokrasi. Kalau sedikit saja lengah, Pasti kita akan dilindas oleh zaman. Era sekarang adalah era digital. Dulu, orang yang membaca Koran adalah simbol dari status sosial. Sekarang orang banyak membaca berita lewat HP. Zaman betul- betul sudah berubah. Dan musimpun sudah berganti. Kita harus " berselancar" dengan gelombang perubahan zaman. Membangun Tradisi Akademik Baru Seperti jamak diketahui bahwa sejarah tradisi akademik Islam dimulai oleh penerjemahan karya- karya akademik Yunani Kuna. Karya- karya penerjemahan tersebut meliputi filsafat, kedokteran, dan sains. Lahirlah filosof muslim, dokter, dan saintis seperti al- Kindi (w. 873), al- Farabi (w. 950), Ibnu Sina ( Avicenna, w. 1037), Ibnu al Haytham (w. 1039), al- Biruni (1.000-1050), dan Ibnu Rusyd ( Averroes, w. 1198). Proses penerjemahan karya- karya Yunani kuna ke dalam bahasa Arab dimulai di Baghdad pada akhir abad ke 8 sampai permulaan abad ke 11 M. Patut dicatat bahwa dalam proses penerjemahan ini, filosif Muslim telah berjasa membangkitkan tradisi akademik Yunani Kuna setelah berabad- abad lamanya tenggelam dalam "rawa-rawa" sejarah. Selanjutnya, perdebatan teologis dan pengayaan pengembangan doktrin- doktrin dalam Islam juga berkait kelindan dengan Helenisme ini. Dalam kaitan ini, tradisi akademik dan filsafat di kalangan Iran perlu diapresiasi. Sebab, tradisi filsafat di Persia ( Iran) tidak pernah berhenti sampai sekarang. Berbeda dengan Arab dan terutama tradisi sunni, pasca Imam al- Ghazali, kajian- kajian filsafat cenderung " meredub". ( Kevin van Bladel, " Graeco- Arabic studies in classical near eastern studies: an emerging field of training in its broader institutional context" dalam Intellectual History of the Islamicate World, vol 3, nomor 1-2 tahun 2015, h. 316-323). Para filosof muslim, dokter, dan ilmuannya melakukan "quantum leap" yang melampai tradisi akademik sebelumnya. Mereka membangun " the Bridge" keilmuan yang melahirkan renaisan Islam. Selanjutnya, temuan- temuan spektakuler saintis muslim dikembangkan di Barat sampai dewasa ini. Prof Salim T.S al Hassani, 1001 Inventions: the Enduring Legacy of Muslim Civilization, 2012 menulis bahwa kemajuan sain dan teknologi di dunia muslim sungguh luar biasa. Bendungan, menara, kamar mandi, kompas, karpet, universitas, kertas, kincir angin, jam dsb adalah temuan temuan keilmuan spektakuler yang dikembangkan bahkan " diakui" Barat. Kamar mandi bukanlah temuan Thomas Crapper. Tetapi dimulai dari Romawi dan Bizantium, lalu dikembangkan di Baghdad. Berikutnya di Turki. Nabi bersabda: nikmat al bait lahu al hammam. Rumah ideal adalah yang memiliki toilet. Iran bisa berbangga karena bisa membangun Museum Karpet yang masih menyimpan ratusa model karpet dari zaman ke zaman. Ada juga Bendungan See syeh pool di Isfahan masih merupakan cagar budaya dunia yang mencengangkan. UNICEF. Imam Abu Hanifah, salah seorang fuqaha yang dinisbahkan kepada beliau mazhab Hanafi, dicatat oleh Al. Khathib al Baghdady dalam Tarikh al-Baghdad, sejarah panjang kota Baghdad, bukan hanya seorang fuqaha, ahli hukum Islam, tetapi sebagai pemenang tender pembangunan waduk di Baghdad. Beliau juga terkenal sebagai pemilik toko Fashion terkemuka di Baghdad. Ia seorang fuqaha di pagi hari, seorang insinyur waduk pada siang hari. Seorang ahli fashion pada sore hari. Dan seorang ulama sufi pada malam harinya. Sempurna!,,, Ibnu Rusyd juga demikian. Kana faqihan, wa thabiban, wa failasuf. Seorang fuqaha di pagi hari. Membuka praktek pada siang hari. Mengajar filsafat di sore hari. Dan seorang sufi pada malam harinya. Edward G. browne dan Muhammad Iqbal menulis buku Islamic Medicine untuk menunjukkan tradisi ilmu kedokteran Islam. Dunia islam sangat maju pada bidang sains, teknologi, dan kedokteran. Sampai ada teori yang menyebutkan bahwa al ilmu ilmani. Ilmu al adyan wa ilmu abdani. Dalam Islam, ilmu itu ada dua. Ilmu agama, theologi, dan ilmu kedokteran. Sedari dulu, ipmu kedokteran adalah bagian yang terintegral dengan ilmu- ilmu Islam. Hal yang sama juga ditulis oleh Prof Raghib al Sirjani, ma dza qaddama al muslimun li al ' alami ishamatu al muslimin fi hadharat al Insaniyah, 2009. M. Abdus Salam, penerima hadiah nobel sains, fisika dan nuklir dalam pidato pengukuhannya, beliau mengutip Q.S al Mulk(67) ayat 3-4. ..... al lazi khalaqa sab'a samawat in thibaqan....ma tara fi khalqi ar rahmani min tafawut....far ji' l bashara hal tara min futhur....thumma irjiil bashara karratain yanqalib ilaika la basharu khasian wa huwa hasir....Dialah Tuhan yang menciptakan tujuh petala langit berlapis- lapis. Apakah engkau melihat ketidakseimbangan pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah itu. Kemudian, lihat sekali lagi. Penglihatanmu akan kembali, dan tidak menemukan cacat pada penciptaan Tuhan tersebut. Kesimpulan beliau, tidak ada kontradiksi antara iman seseorang dengan penemuan- penemuan modern. Tentu kita akan menemukan kesimpulan yang berbeda ketika membaca pandangan Stephen hawking, yang masih " malu- malu" menyebut keterlibatan mutlak Tuhan dalam Big bang theorynya. Bisa kita simak dalam buku terbarunya The Grand design. God did not create the universe. Karena adanya hukum gravitasi, tata surya dapat membentuk dirinya sendiri. Penciptaan spontan adalah alasan mengapa " sesuatu" dan kita ada. Tidak perlu memohon kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan mengendalikan alam semesta. (2010). Jane, isterinya menyebut bahwa Hawking telah ateis pada saat perceraiannya. Hawking berpendapat bahwa alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Mungkin saja diciptakan oleh Tuhan. Tetapi Tuhan sendiri tidak mungkin mengintervensi hukum ilmu pengetahuan. Agama itu berlandaskan pada otoritas, sedang ilmu pengetahuan berdasarkan observasi dan argumentasi rasional. Ilmu pengetahuan akan menang terhadap agama karena memang terbukti benar. Di sinilah pentingnya kehadiran saintis muslim seperti Prof Nidhal Guesseum, fisikawan yang juga sangat shaleh. Beliau menulis buku Islam's Quantum Question: Reconciling Muslim tradition & modern science, 2010. Bahwa Islam telah mengalami tradisi akademik dan sains yang sangat panjang. Bahwa ajaran al-QurĂ¡n seperti mukjizat harus didialogkan dengan temuan-temuan sains terbaru. Bahwa kurikulum pendidikan Islam—baca Arab-harus dirombak total. Bahwa umat Islam harus bangkit dan mengembalikan kejayaan pada abad tengah. Di mana para filosof, dan saintis muslim merupakan jembatan emas”” bagi kebangkitan imu pengetahuan dan sains modern di barat. UIN Maliki Malang diharapkan mengambil peranan penting menuju kea rah sana. Semoga Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: