Gallery

Minggu, 15 Mei 2016

Terlambat

Terlambat. Itulah yang saya alami ketika melakukan perjalanan ke Kendari untuk mengikuti Perkemahan WiraKarya Nasional PTKI. Saya mestinya terbang jam 5.15 shubuh hari. Tetapi saya terlambat bangun. Mungkin karena kecapekan dari perjalanan mengikuti Seminar internasional Islam and Humanities di Grand Nanggroe, Banda Aceh. Saya mewakili Direktur Jenderal Pendidikan Islam sebagai Key Note Speaker. Saya diberi judul Islam, Sastra dan Masa Depan Kemanusiaan. Saya menyiapkan pidato yang terkait dengan pentingnya sastra bagi kehidupan umat manusia. Saya bercerita tentang petualangan saya menggandrungi sastra. Sastra nasional dan dunia. Sedari awal, umur kelas dua madrasah tsanawiyah saya sudah membaca Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Buya Hamka. Konon, karya Hamka ini dipengaruhi oleh al Malanfuti, sastrawan Mesir yang terkemuka. Itulah sebabnya, di belakang hari, Buya Hamka dituduh sebagai plagiat oleh Lekra. H.B. jassinlah yang tampil membela habis- habisan Buya Hamka. Meskipun Antara jassin dan Buya ada polemik berkepanjangan termasuk dalam karya Jassin tentang Al Quran, Bacaan Mulia. Kembali kepada perkara terlambat. Karena keterlambatan tadi itu, maka saya harus membayar mahal. Saya harus membeli tiket dari Jakarta ke Makassar dengan penerbangan jam 11.00. Sebab, tiket yang tadi shubuh sudah hangus 50 persennya. Celakanya, tidsk ada lagi garuda yang connect dari Makassar ke Kendari. Pesawat yang saya tumpangi landing pukul 14.20 Sementara pesawat garuda ke Kendari sudah take off pukul 14.20. Saya harus berlari- lari di Bandara Sultan hasanuddin untuk memburuh waktu. Dan ternyata tidak mendapat tiket juga. Saya berpikir harus mencari flight yang lain. Pilihan saya ke maskapai Lion Air. Saya mencoba untuk mengadu nasib. Barangkali ada tiket yang dicancel atau penumpang yang batal berangkat. Saya menunggu sampai pukul 16.00. Beberapa kru Lion Air saya minta tolong agar mereka bisa membantu saya. Pikul 16 lewat, pesawat Lion Air sudah boarding. Saya tidak ikut. Selanjutnya, pilihannya ada berangkat malam ini dengan Lion Air oenerbangan terakhir, pukul 6.55. Saya terus melobby mereka untuk mendapatkan seat. Ternyata menjelang pukul 18.00 saya mendapatkan kepastian untuk mendapatkan seat. Hanya saja atas nama orang lain. Yang bersangkutan berhalangan berangkat. Saya berupaya untuk melobby kru Lion Air agar tiket tersebut atas nama saya. Ternyata mereka tidak bisa. Walhasil, daripada tidak berangkat malam ini, dan beresiko tambah lama di Makassar, terpaksa saya mengambil tiket atas nama orang lain. Harapan saya, bisa berangkat dengan selamat. Pihak kru berjanji saya diantar sampai ke pesawat. Benar saja yang bersangkutan mengantar saya, sampai lantai dua. Saya membuat surat pernyataan bahwa saya memakai tiket bukan atas nama saya. Dsn saya meminta dia untuk membubuhkan tanda tangan. Dia pun tidak keberatan. Dan saya berangkat. Saya tersadar, maha benar Allah swt dengan firmannya. Agar manusia itu senantiasa menghargai waktu. Sebagaimana firmannya yang artinya: ....Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang- orang yang beriman dan bermal shaleh. Dan di antara mereka saling memberi nasehat untuk berbuat kebenaran dan berlaku sabar....Demikian peringatan Allah Swt dalam surah al- ' ashr. Betapa waktu yang mahal harganya. Waktu adalah sumber daya yang tak tergantikan. Pepatah arab mengatakan: al waqtu ka al saif. Iza lam taqtha' yaqtha'uka. Waktu itu ibarat pedang. Apabila engkau tidak bisa menebasnya, maka ia akan menebasmu. Manfaatkanlah waktu sebaik- baiknya. Kita kalau mau sukses harus memiliki anajemen waktu yang baik. Jadwal yang ketat. Upayakan setiap harinya, semua aktifitas direncanakan dengan dengan detail. Kunci sukses adalah kepandaian mengatur waktu. Semua sukses adalah mereka yang sangat ketat mengatur waktunya. Berbahagialah orang-orang yang menjaga waktunya.

Tidak ada komentar: