Gallery

Senin, 01 September 2014

Ngaji al-Qur'an

Mengapa umat Islam masih saja tergolong mendiami negara yang termasuk negara dunia ketiga alias negara berkembang? Mengapa negara-negara muslim belum termasuk negara maju? Mengapa orang muslim masih saja hidup dalam kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan? Syekh Muhammad al-Ghazali, da'i-penulis kelahiran Mesir menjawab sejumlah pertanyaan di atas lewat buku: Kaifa Nata'amal ma'a al-Qur'an, Bagaimana kita bersikap dengan al-Qur'an. Bagaimana kita berinteraksi dengan al-Qur'an. Selama ini, kita dengan al-Qur'an sepertinya jauh. Sepertinya al-Qur'an diturunkan dari kejauhan. al-Qur'an ibarat sungai yang "kering". al-Qur'an berjarak dengan kita. al-Qur'an sepertinya padang pasir yang tandus. Umat Islam mendengarkan al-Qur'an dari kejauhan. Umat Islam "diam". Kalaupun membaca al-Qur'an hanyalah mengharapkan pahala dan berkah. Kita umat Islam membaca al-Qur'an tidak disertai dengan pembacaan yang kritis. Sehingga makna-makna al-Qur'an tidak tampak di hadapan kita. Sesungguhnya kata quri'at bermakna mendengar dan membaca secara kritis. Tidak membacanya hanya berharap pahala dan berkah. QS Shad (38): 29 mengisyaratkan bahwa al-Qur'an diturunkan untuk dibaca dan berkah. Tapi pesan utamanya adalah untuk "tadabbur" dan memikirkan ayat-ayatnya. Kitabun anzalnahu ilaika mubarakun li yatadabbaru ayatihi wa liyatazakkaru ulu al-Albab. Syekh Muhammad al-Ghazali adalah seorang da'i yang juga penulis. Setidaknya beliau menulis buku sebanyak 48 buku. Ia sosok ulama independen. Merdeka. Beliau juga menolak jabatan politis dan strategis. Marwah Syekh Ghazali tidak bisa dibeli oleh penguasa.

Tidak ada komentar: