Gallery

Rabu, 24 September 2014

Bahasa Arab Gontor

Saya sedang menikmati buku karya Dr Hisyam Zaini, dengan judul: Bahasa Arab Khas Gontor. Buku ini adalah disertasi penulisnya. Memang sudah terkenal orang-orang Gontor memiliki kekhasan dalam menggunakan bahasa Arab. Mereka tidak terlalu peduli terhadap kaidah bahasa Arab yang rumit itu. Yang penting bunyi, dan orang Arab bisa memahaminya. Suatu waktu, cerita Prof Amal Fahtullah Zarkasyi, alumni Gontor melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar, Kairo Mesir. Ketika mereka antri, orang Arab memanggil nama berikutnya dengan ungkapan: ghairuh. Ghairuh artinya: yang lain atau berikutnya. Sementara santri Gontor biasa memakai ghairu dengan makna: jelek. Jadi, ketika nama mereka dipanggil dengan kata ghairuh, asosiasi mereka adalah: "si jelek". Dr Hisyam dalam disertasinya itu menarik kesimpulan bahwa di Gontor sudah terjadi Indonesianisasi Arab, dan arabisasi Indonesia. Kata tashduru dimaknai: kamu sadar. Ghunduk, gondok atau marah. Aina Insanuhu, mana orangnya? Anta thiqatun jiddan, ente jujur sekali. Khudzti, ambilin. Kamatharan, kehujanan. A-dzananta annaka mudhhik, apa dikira kamu lucu? La tunadzdzif tha'aman, jangan menghabiskan makanan. Ta'ab jiddan ana atau ana ta'banun, saya lelah sekali. sukut, sukut, dharar, diam-diam berbahaya. huwa mashdaruhu, dialah sumber, biang keroknya. Thiqatun la, bagus, nggak? Mishbahuhu yamutu, lampunya mati. hal ma'aka fulus za'id, apakah kamu punya uang sisa? Inta mithla ma dza fa-qath, kamu seperti apa saja. Ka-annaka maridh-un, sepertinya kamu sakit. hayya thariq-thariq, ayo jalan-jalan. dan seterusnya. Menarik juga dengan bahasa gaul atau amiyah a la santri Gontor. Setidaknya, dengan gaya bahasa arab seperti itu membuat penuturnya memiliki kepercayaan diri. Meskipun membuat penutur aslinya, tidak memahami maksudnya. Kita harus mengapresiasi karya Dr Hisyam Zaini ini sebagai karya akademik yang menarik. Sebab, penulisnya adalah orang dalam, dan dapat menulis dan mendokumentasikan temuan-temuannya dengan apik. Sudah barang tentu kita menunggu karya-karya lainnya, mungkin mengenai hal lain tentang santri dan khazanah intelektual santri dan alumni Gontor. Demikian

Tidak ada komentar: