Kamis, 12 September 2013
Plagiasi
Maraknya praktek plagiasi membuat gerah para tokoh pendidik dan ilmuwan. Plagiasi sebetulnya "mencuri" ide dan gagasan orang lain. Kalau di negara maju, plagiasi itu sama dengan berbuat zina. Dosa besar. bahkan ditengarai bahwa orang yang berbuat plagiasi sewaktu menjadi siswa atau mahasiswa, kelak dikemudian hari ketika memegang jabatan cenderung berbuat korupsi. Karena tabiatnya yang sering "mencuri" ide, gagasan orang lain dan akan terbawa-bawa mencuri uang.
Ironisnya, Universitas Sam Ratulangi, Manado dengan dalih berkelik dari plagiasi, memaksa mahasiswanya untuk menulis paper S.i dan S.2 dalam bentuk tulisan tangan. Padahal, dengan menulis tangan skripsi dan tesis tersebut, tidak ada jaminan mereka akan tidak melakukan plagiasi.
Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro dengan tegas mempertanyakan peran para pendidik kita? Beliau menulis artikel di Kompas, 12 September 2013 dengan judul: Ke Mana Sang Pendidik. Kebijakan Universitas Sam Ratulangi adalah aneh dan jelas kurang mendidik. Kebijakan itu pula akan menjerumuskan mahasiswanya untuk tidak bisa bersaing dengan dunia global. Komputer, internet, dan ICT adalah penopang kualitas dan kompetensi alumni. Seorang peserta didik tidak boleh "dikerangken" dari dunia IT. Era sekarang sudah revolusi pembelajaran berbasis IT. Copy-paste yang selama ini menggelisahkan para pendidik itu, sesungguhnya dapat dicegah dengan keseriusan dosen dalam membimbing. Bukan dengan memerintahkan para mahasiswa untuk menulis paper dengan tulisan tangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar