Gallery

Selasa, 27 Agustus 2019

Cerita Kyai Hasyim Muzadi

Cerita Kyai Hasyim Muzadi Saya mengenal baik Kyai Hasyim Muzadi sebagai orator ulung. Joke dan humor cerdasnya sering dilontarkan untuk mengurai ketegangan. Kyai Hasyim bukanlah dari keluarga kyai. Beliau memiliki latar keluarga orang biasa. Beliau menjalani karier organisasi di NU mulai dari bawah, kelas ranting, cabang, dan terus melejit menjadi Ketua Umum PBNU. Gaya bicara dan humornya juga khas. Untuk memahami Kyai Hasyim secara utuh, Ahmad Millah Hasan menulis biografi beliau setebal 502 halaman. Buku biografi yang cukup tebal dengan judul: Biografi A. Hasyim Muzadi Cakrawala Kehidupan, 2018. Sisi manusiawi Kyai Hasyim banyak diungkap dalam buku tersebut. Suatu hari beliau diundang ceramah di Malang, dan diantar oleh tukang becak langganannya. Selesai ceramah, beliau hanya meminum susu separoh, dan selebihnya ia bungkus untuk diberikan kepada si Tukang becak. Beliau juga sering bersedekah di masa- masa sulit. Uang sisa di dompetnya, Rp. 20. 000, ia hanya menyisakan Rp. 5.000 untuk kebutuhan belanja dua hari. Isterinya, Muthmainnah bertanya, bagaimana untuk besok? Urusan besok ya besok saja, Kyai Hasyim menjawab singkat. Ternyata banyak bersedekah dapat menjaga kebugaran. Untuk apa memiliki banyak uang tapi hanya habis untuk membeli obat. Keluarga Hasyim makan dari hasil ceramah. Biarlah penghasilan sedikit tapi berkah. Yang saya cari adalah keluhuran, bukan kemasyhuran, imbuhnya tegas. Ketika Mas Millah Hasan mengajukan draft buku biografi Kyai Hasyim, maka beliau menyarankan agar niat tersebut diurungkan. Saya kan masih hidup, biasanya biografi itu diluncurkan setelah orangnya sudah wafat. Ketika Mas Millah mendesak dengan argumen bahwa seorang tokoh sebaiknya ditulis agar bisa menjadi teladan bagi yang lain, Kyai Hasyim menunduk, tanda bahwa beliau tidak setuju. Di rumah, rupanya beliau juga irit bicara. Beliau bicara seperlunya. Sehingga tetamunya mengira kurang perhatian. Bicaranya banyak ketika beliau televisi. Kyai Hasyim kalau tidak ceramah, badannya sakit dan pegal. Suatu hari, wartawan dari Jawa Timur sowan ke Malang, kediaman Kyai Hasyim. Beliau sedang sakit. Wajahnya masih pucat. Tetapi menariknya, beliau masih melayani wartawan, dan menjawab dengan tangkas pertanyaan- pertanyaan yang mereka ajukan sambil melempar humor. Setelah selesai wawancara, benar kan, obat sakit Kyai Hasyim, ya mikrofon, seloroh sang wartawan. Kyai Hasyim memang dekat dengan media. Ia juga dikenal sebagai Kyai news maker, pembuat berita sebagainana pendahulunya Gus Dur. Suatu waktu, Kyai Hasyim mendapatkan musibah bertubi- tubi. Seorang puteranya sakit keras, dan hampir saja menghembuskan nafas terakhirnya. Yang lainnya terjatuh dari motor dan luka parah. Sehingga Kyai mendatangi seorang ulama kharismatik di Malang untuk meminta nasehat. Kyai kharismatik menasehati agar beliau bersedekah berapapun sisa uang yang dimilikinya kepada seorang pengemis yang mendatangi rumahnya. Tentu masih banyak kisah sisi manusiawi Kyai Hasyim. Tulisan singkat ini selesai ditulis, saya masih penasaran karena kehilangan mkment membaca buku tentang Kyai Hasyim, yakni Coin Kyai Hasyim Muzadi. Buku ini sangat menarik perhatian saya, dan memuat humor- humor segar terkait ketokohan Kyai Hasyim Muzadi. dalam banyak kesempatan, ketika Kyai Hasyim bicara dalam suatu forum selalu saja ungkapan beliau bak magnet yang menyedot perhatian publik. Kata- kata, pandangan dan nasehatnya selalu menjadi catatan dan kutipan segar wartawan.

Tidak ada komentar: