Gallery

Minggu, 11 Agustus 2019

Catatan al-Qur'an Terjemah Bahasa Rejang

Al-Qur'an Terjemah Bahasa Rejang Beberapa catatan penting untuk program Al- Qur'an Terjemah Bahasa Rejang, sebagai berikut: 1. Bahasa Rejang adalah salah satu bahasa di Pulau Sumatera yang masih hidup dan digunakan oleh masyarakat. Bahasa Rejang bahkan memiliki aksara sendiri ( ka ga nga). Tidak semua bahasa daerah memiliki aksara sendiri. Bahasa Batak, Jawa, Sunda, Bugis, di antara yang sedikit itu. Oleh para ahli disebutkan bahwa ciri bangsa atau suku yang maju dari sisi literasi ditandai oleh aksaranya. Kalau sebuah suku memiliki aksara berarti suku tersebut adalah suku yang berperadaban tinggi. sebagaimana Prof Naquib al-Attas pernah berkata bahwa ciri peradaban suatu bangsa tidak hanya dilihat dari peninggalan bangunan fisiknya, tetapi lebih dari itu, susastra dan karya- karya intelektualnyalah sebagai pertanda kebesaran dan keadaban tinggi bangsa tersebut. Di sinilah arti penting program penerjemahan al-Qur'an bahasa Rejang. Dalam konteks ini, sesungguhnya program ini dimulai dari disposisi langsung dari Menteri Agama RI, Bapak Lukman Hakim Saifuddin agar tahun 2019 dimulai kegiatan penerjemahan ini. Setidaknya ada tiga bahasa yang memiliki aksara ka ga nga, Batak, Bugis dan Rejang. Tentu kita perlu menggali sejarah dan nilai- nilai luhur ketiga suku ini. 2. Seperti jamak diketahui bahwa menerjemah juga adalah sekaligus menafsir. meskipun Imam al- Zurqani dalam kitab Manahil al- Irfan fi 'Ulum al-Qur'an, h. 94-95 menyebut lima perbedaan antara terjemah dan tafsir, antara lain: terjemah haruslah harfiyah, sedang tafsir harus mencari makna- makna lain sejauh itu masih memungkinkan. Terjemah harus keseluruhan kata dan kalimat al- Qur'an, sedang tafsir boleh membuang kata atau kalimat yang dianggap kurang relevan dengan konteks penafsiran. Singkatnya, terjemah adalah upaya ijtihadi manusia untuk mendekatkan makna dan maksud sebuah kitab suci kepada manusia. Sebab hakikat makna dan maksud ayat- ayat suci hanya Allah swt yang mengetahui firman dan kalam- Nya. Tuhan menurunkan kitab suci untuk manusia sebagai bentuk dan simbol komunikasi langsung kepada umat dan hamba- hamba- Nya. Dalam kajian hermeneutik, ini disebut sebagai proses al- tanzil. Sedang manusia dalam berkomunikasi kepada Tuhan- Nya, komunikasi vertikal lewat media do'a ( al- du'a). 3. Mengapa Bengkulu? Kota Bengkulu tempat Ir Soekarno "berlabuh". Kota ini disamping eksotik juga tempat Bung Karno, sang proklamator menempa diri menjadi seorang tokoh besar revolusi. Kota ini juga tempat lahir ibu Fatmawati, penjahit sang saka Merah Putih yang juga ibu Megawati Soekarno Putri, presiden RI. 4. Al-Qur'an as literary text, sebagai teks sastra yang tinggi. Semoga lewat Bahasa Rejang ini, maksud Q.S..... Bahwa al- Qur'an diturunkan sesuai dengan bahasa kaumnya,......bi lisani qawmihi terbukti. Bahwa al- Qur'an itu turun dengan lisan al- ' Arab adalah benar adanya. Bahwa maksud dan pesan al- Qur'an itu sejatinya bisa dipahami dengan mudah oleh umatnya yang non- Arab. Sekali lagi perlu ditegaskan, di sinilah arti penting kehadiran al- Qur'an Terjemah Bahasa Rejang. 5. Al-Qur'an dan Semangat Literasi Dalam sejarah literasi masyarakat dunia, Al-Qur'an memiliki peran sentral. Halmana ayat pertama turun: Iqra', Bacalah! Iqra' ini memantik dan telah memicu perkembangan literasi secara masif. Bahkan pada abad pertengahan, Samarkand telah menjadi pusat pabrik kertas terbesar dunia. Kota Samarkand juga merupakan Silk Road, jalur sutera yang menghubungkan negara- negara China, Asia, Turki dan Eropa. Lebih lanjut Mark Kurlansky menulis buku teranyarnya tentang sejarah kertas. Buku tersebut berjudul: Paper Paging Through History, 2016. Kertas adalah teknologi yang sangat sederhana namun sangat penting dalam sejarah teknologi yang diciptakan manusia. Untuk dua milenium terakhir ini, kertas sangat memainkan peranan dalam mengembangkan literasi, media, agama, pendidikan, perdagangan, dan seni. Kertas adalah pondasi peradaban. Kertas dapat berfungsi untuk mendukung sebuah revolusi dan memproteksi stabilitas keamanan. Dapat kita lihat dalam sejarah Mao Tse-Tung ( Zedong) yang memproduksi 6,5 juta buku yang memuat pandangan dan ideologinya. Dan diterjemahkan ke dalam 37 bahasa dan braile. Hal ini dilakukannya untuk meluaskan pengaruhnya dan melakukan single of publication. Dan lagi- lagi atas jasa kertas. Leonardo da Vinci hanya membuat sketsa 15 lukisan, tetapi digandakan menjadi 4.000 di atas kertas. Sehingga Leonardo sangat masyhur karena jasa kertas. Sekarang adalah era paperless culture. Era meninggalkan penggunaan kertas. Apakah fungsi kertas akan dengan sendirinya berakhir? Hal yang menarik dalam buku Mark Kurlansky adalah sebuah tema yang membahas The Islamic Birth of Literacy. Bahwa kemunculan Islam justeru memberi perhatian besar bagi perkembangan industri kertas. Bahwa mitos pembuatan kertas berkait kelindan dengan tawanan tentara China. Sebagaimana yang ditulis oleh al- Tha'ilibi, sejarawan Arab abad ke-10 yang menukis buku berjudul: Book of Curious and Entertaining Information. Dalam buku tersebut, beliau berkisah bahwa setelah perang Talas tahun 751, panglima perang Arab, Ziyad ibn Shalih dapat menaklukkan tentara China di Gao Xianzhi. Beliau menangkap para tawanan perang China, dan meminta mereka untuk mengajarkan cara membuat kertas di Samarkand. Sehingga, produksi kertas secara massal terjadi di samarkand bahkan menjadi barang ekspor, dan masyarakat dapat memanfaatkan kertas tersebut di mana pun mereka berada. Ada kisah lain yang menyebutkan bahwa penggunaan kertas dimulai di Asia Tengah sejak abad ke empat. Hal ini dijelaskan oleh Marc Aurel Stein, seorang arkeolog Hungaria. Bahwa penggunaan kertas untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 313-314. Dikisahkan bahwa seorang isteri kesal sama suaminya, karena telah meninggalkannya tanpa memberinya uang. Sehinga sang isteri menulis di atas kertas, I would rather be a dog's wife or a pig's wife than yours. Bahkan sejarawan China, Tsien Tsuen Hsuin mengatakan bahwa penggunaan kertas di Asia Tengah lebih awal, pada tahun 105 Masehi, bukan awal abad ke lima Masehi. Kata- kata Arab untuk kertas adalah kaghid dan qirtas. Kata ini juga dipakai dalam Al- Qur'an. Seperti jamak diketahui bahwa Islam lahir di tengah- tengah masyarakat Arab yang rata- rata buta huruf. Tetspi kebutuhan akan kertas meningkat, ketika Islam sudah berkembang ke beberapa wilayah sekitar semenanjung Arabia. Seperti Syiria, Mesir, dst. Sepeninggal Nabi shalla Allah alaih wa sallama, ketika perang ada puluhan penghafal Al- Qur'an yang gugur di medan perang. Di sinilah semakin muncul kebutuhan akan kertas. Terlebih lagi ketika ayat- ayat Al_Qur' an banyak yang ditulis dengan kaligrafi. Perkembangan Islam dan kebutuhan akan penggandaan al- Qur'an membuat kehadiran kertas sangat penting. .... In the course of their conquests, the muslims came into contact with many centers of learning, and every conquest advanced their knowledge. They learned papermaking and alchemy from the Chinese in Central Asia, and mathematics from the peoples of Egypt and Syria. From the Greeks, they learned hydraulic engineering, and in North Africa, Spain, and Sicily, they observed Roman Civil engineering-- the building of bridges, dams, aqueducts, and irrigation.(h. 52). 6. Al- Qur'an dan Moderasi Beragama. Bahwa watak keberagamaan kita adalah plural dan bergantung pada teks. Umat kita sangat religius dan dalam keberagamaannya selalu bertumpu pada teks. Dalam kehidupan keberagamaan kita pun hampir setiap masalah dan problem- problem sosial selalu dicarikan ayat atau landasan teksnya. Hanya saja ayat- ayat al- Qur'an terbagi dua, al-muhkamat dan al- mutasyabihat. Ayat- ayat muhkamat adalah ayat- ayat yang sudah sharih kandungan hukumnya. Sedang ayat mutasyabihat adalah ayat- ayat yang masih debatable kandungan maknanya. Pada konteks ini penafsiran itu harus hadir. Seperti contoh ayat: waqtulu al- musyrikin haithu thaqiftumuhum.....terjemah harafiyahnya: Bunuhlah orang- orang musyrik di mana pun kalian temuakn mereka. Padahal Imam al- Syarbini telah menegaskan bahwa maksud ayat tersebut adalah menghilangkan syirik dalam hati kaum musyrikin, bukan membunuh dalam artian menghilangkan nyawa mereka. Demikian penjelasan beliau dalam kitabnya yang masyhur al- Mughni al- Muhtaj. Kata kafir, jihad, al- qital, al- Islam, kafir, dst perlu mendapat perhatian khusus agar umat kita tercerahkan. Intinya, semakin dekat dengan al- Qur'an, maka keberagamaan kita semakin inklusif, dan tidak justeru sebaliknya. Keberagamaan yang inklusif, terbuka, toleran, damai adalah dambaan semua orang. Bahwa Islam itu adalah agama rahmah. Dakwah Islam juga disyiarkan dengan cara ramah. Islam rahmah, dan dakwah ramah inilah yang telah dicontohkan oleh para alim ulama kita. Syeikh Abd Rauf al- Singkili dalam karya dan magnum opusnya Tarjuman al- Mustafid telah memulai penerjemahan al- Qur'an dengan memafaatkan kekayaan kearifan lokal dalam proses penafsiran beliau. Bahkan dalam tafsir tersebut, beliau juga memasukkan ramuan obat- obatan ketika berhadapan dengan ayat- ayat fauna.

Tidak ada komentar: