Gallery

Minggu, 04 Agustus 2019

al-Qur'an Terjemahan

we have revealed the book, which manifests the truth about all things, a guide, a blessing, and good news for those who surrender themselves to God (Q.S al-Nahl/16: 89). Menerjemah hakikatnya juga menafsir. Menerjemah berupaya menangkap makna bahasa asal. Menerjemah tidaklah sekedar mengalihbahasakan. Itulah sebabnya, kegiatan menerjemah harus memiliki kehati hatian. Apatah lagi menerjemah kitab suci. Kitab suci adalah firman Tuhan. Sebagai firman,Tuhan lewat kitab suciNya ingin berkomunikasi dengan hamba-hambaNya. Sementara manusia membangun komunikasi vertikal dengan Tuhannya melalui mediasi do'a. Dalam Ijtimak Ulama al-Qur'an di Bandung tanggal 8-10 juli 2019 berkumpul untuk merevisi al-Qur'an terjemah terbitan Kementerian Agama RI. Beberapa hal yang menghangat, antara lain: 1. Menghilangkan terjemah huruf waw ( al-wawu). Sebab, dari 11 macam huruf al wawu, kebanyakan dalam al-Qur'an adalah waw al-isti'naf yang dalam konteks bahasa Indonesia tidak memiliki makna yang signifikan. Tentu hal ini tidak boleh diterapkan untuk waw al-qasam( sumpah) dan waw al-'athaf. Meskipun hal ini tentu berbeda dengan pandangan Prof A'isyah Abd Rahman binti al-Syathi'. Beliau berpendapat bahwa setiap huruf dalam al-Qur'an memiliki makna dan rahasia tersendiri. Tidak ada huruf atau kata al-ziyadah ( tambahan atau sisipan) dalam al-Qur'an. Demikian pula halnya, tidak ada huruf al-mahdzuf dalam al-Qur'an. 2. Masih ditemukan banyak kata yang penerjemahannya debatable, seperti kata dhurrun yang diartikan bencana. Padahal dalam banyak ayat, dhurrun lebih tepat diterjemahkan dengan kemudharatan. Kemudharatan lebih pas dengan kata dhurrun. Dengan terjemahan tersebut, kita juga menyumbang kosa kata untuk pengayaan bahasa Indonesia. Seperti pada ayat...wa iza massa al-insana dhurrun, da'ana..Dan apabila manusia ditimpa kemudharatan, maka dia berdo'a ( memohon) kepada Kami..... Demikian pula halnya dengan kata kafir yang terulang sekitar 525 kali dalam al-Qur'an. Kafir bermakna dasar: menutup, mengingkari, kafir ( unbeliever), tidak beriman, membantah, dst. Kita harus berhati-hati dalam menerjemahkan kata kafir ini. Ayat ...fa-ma yujadilu diterjemahkan dengan...memperdebatkan, seharusnya "mendebat". Sebab mendebat memiliki arti: mencari dan memperlihatkan kelemahan... 3.

Tidak ada komentar: