Gallery

Selasa, 29 Desember 2015

Pesona Iran

Iran adalah sedikit dari negara Islam yang bangkit dari kesulitan. Capaian Iran sampai hari ini tetap saja mencengangkan. Di tengah embargo Amerika yang berkepanjangan, Iran masih dapat memproduksi pangan sendiri, bahan- bahan tekstil yang berkualitas tinggi, memelihara tradisi dan legasi Persia yang sudah berabad-abad lamanya, pemerintahnya masih sanggup membangun sejumlah fasilitas umum seperti transportasi umum, rumah sakit, jalan raya. Dan yang mencengangkan adalah angka partisipasi kasar (APK) Iran mencapai 92 persen dari total penduduk. Itu berarti, hampir semua usia sekolah dan kuliah terlayani pendidikannya. Prof A'rafi, rektor Universitas Al Mushthafa Qum menyebutkan bahwa 1/10 pemikir dunia adalah orang Iran.  Dalam berbagai bidang, Iran masih unggul di banding dengan negara-negara muslim lainnya, seperti nuklir, kedokteran, dan kesehatan masyarakat, dst.
Iran juga pernah dilanda perang berkepanjangan. Perang dengan Irak selama puluhan tahun. Ada lebih 80 media televisi seluruh dunia ramai-ramai mendiskreditkan Iran. Konon, di bidang perdagangan misalnya, suatu ketika para pengusaha Indonesia diancam oleh Amerika agar tidak menjalin kerjasama dengan mereka. Kalau tetap dilakukan, maka seluruh bantuan Amerika akan diputus. Hal yang sama, juga pernah dilakukan kepada 100 pengusaha Prancis, tetapi mereka tetap saja menjalankan bisnisnya dengan para prnguasaha Iran. Nyatanya, Amerika tidak bisa berbuat banyak. Tentu cerita masih perlu dicek kebenarannya. barangkali hanya rumor saja. Sebab, nyatanya sekarang ini produk karpet dan produk industri kreatif lainnya dari Iran masih banyak dijual di Indonesia.
Mengapa bangsa Iran tetap maju di tengah-tengah kesulitan yang melandanya? Barangkali karena pemerintahnya jujur dan tidak korupsi. Para ulamanya hidup sederhana dan tawadhu. Bayangkan saja menurut cerita seorang kawan, ada ulama yang sudah mencapai derajat Marja taklid ( seorang mujtahid) tidak mau menerima gaji (khumus) dari pemerintah. Beliau sudah merasa cukup dengan menjual sayur setiap harinya untuk memenuhi kehidupan kesehariannya.
Dari berbagai negara berpenduduk muslim mayoritas termasuk Arab Saudi, saya kira Iran masih unggul. Dalam hal ibadah, spiritualitas, penghormatan kepada leluhur dan tradisi masa lalu, capaian intelektual yang mencengangkan, sopan santun, dan kesejahteraan. Kami jarang sekali menemui pengemis di sepanjang jalan di Iran. Kami juga melihat tata kota Teheran, Qum, Masyhad, dan Isfahan yang masih terpelihara. Pasar-pasar tradisional tertata rapi, dan tidak terkesan kumuh. Sampah tidak berserakan sebagaimana pemandangan kita di negara-negara muslim lainnya, kecuali Maroko yang bersih. Barangkali karena orang Iran tidak makan di sembarang tempat. Kita tidak pernah menyaksikan orang Iran makan sambil berjalan.
Saya kira, Iran adalah tempat yang tepat untuk mengasah spiritualitas. Untuk penempaan tradisi akademik di Hauzah-hauzah--semacam Pondok Pesantren untuk kader ulama--, saya kira Iran tidak ada duanya. Dalam hal pendidikan anak usia remaja juga menarik. Karena Iran sangat steril dari pengaruh budaya barat. Hampir kita tidak menemukan channel yang terkoneksi dengan media barat. Barangkali karena kebijakan pemerintah Iran. Atau karena Iran masih berstatus negara yang diembargo.
Masyarakat Iran terlihat sangat sopan, dan ramah. Para sopir taksi tidak ugal-ugalan. Pelan dan melayani. Pedagang kaki lima sekalipun terlihat sangat sopan dalam menjajakan barang dagangannya. Kalau menyebut harga, biasanya tidak terlalu jauh dari harga pasaran, sehingga tawar menawar tidak lama. Kalau kita tidak jadi membeli, mereka tetap saja tersenyum manis.
Gadis cantik tentu juga menjadi pesona Iran. Hampir pada semua kota, kita terus berpapasan dengan gadis cantik. Hidung mancung, kulit putih bersih, mata dengan celak hitamnya, senyumannya, dan tutur katanya yang lemah lembut membuat terpikat siapa pun yang memandangnya. Barangkali gadis Iran merupakan representasi "bidadari" di bumi. Kecantikan gadis Iran juga dikagumi para ibu-ibu yang kebetulan berkunjung ke Iran. Subhanallah! Saya teringat pada penggilan mesra Baginda Nabi shalla Allah 'alaih wa sallam kepada Ummahatul mukminin A'isyah r.ah dengan: ya Humaira. Wahai gadis kecilku yang putih kemerah-merahan. Barangkali A'isyah masih memiliki keturunan bangsa Persia (Iran). Sebab, gadis cantik Arab Saudi tidaklah putih kemerah-merahan, tetapi berkulit sangat putih. Humaira itu lebih tepat untuk gadis Iran. tentu pendapat ini masih perlu dibuktikan kebenarannya. perlu kajian antropologi budaya yang lebih mendalam. Apakah betul ada silsilah A'isyah ke bangsa Persia.
Ada satu hal lagi yang menarik, yakni nikah mut'ah, nikah kontrak. Ternyata, di Iran sendiri nikah mut'ah sangatlah sulit terjadi. Pesyaratan nikah mut'ah tidak semudah yang dibayangkan dan diceritakan selama ini. Mahar nikah mut'ah ditentukan oleh si gadis atau pihak perempuan. Maharnya biasanya mengikuti tahun kelahiran si perempuan. kalau dia lahir tahun 1991, maka jumlah keping emas yang harus dibayarkan sejumlah tahun lahirnya. Nikah mut'ah juga tetap harus tercatat pada pengadilan agama. Jadi, tidak seperti yang dipraktekkan di Puncak Bogor. nikah mut'ah "hampir-hampir" sama dengan prostitusi terselubung. Nikah mut'ah versi masyarakat Iran mesti disebar-luaskan kepada masyarakat luas agar tidak menjadi fitnah.
Iran sampai hari ini masih memelihara tradisi dan peninggalan sejarah dan budaya mereka. Ada masjid jami di Isfahan yang sudah berumur 5.000 tahun lalu. masjid ini dulunya adalah tempat penyembahan berhala bagi agama Zoroaster. Di samping masjid ini ada makam al-'allamah al Majlisy penulis kitab Tafsir Bihar al-Anwar yang berjumlah 110 jilid itu. Ada juga jembatan Siusyehpool yang tiangnya berjumlah 33 tiang. Jembatan ini masih berdiri kokoh dan berfungsi layaknya jembatan modern. Jembatan ini sudah berumur sekitar 400 tahun.  
Iran memang penuh pesona.  

Tidak ada komentar: