Gallery

Sabtu, 19 Desember 2015

Iran

Iran adalah negara tua. Iran dikenal sebagai the Cradle of Civilization. Iran sudah maju dan mengenal fermentasi anggur 3.000 tahun sebelum Prancis melakukan hal yang sama. Iran sudah membangun tempat permandian megah pada saat orang-orang Eropah masih bersembunyi di balik gua-gua tanah liat. Iran adalah tanah peradaban.
Ada banyak tokoh filosof, sufi, seminan, dan saintis lahir dari tanah Iran. Ibnu al Muqoffa dan Mullah Shadra ( 1571-1637) adalah dua tokoh yang berhasil memadukan antara filsafat barat dengan Islam. Nama- nama tenar dalam sains dan teknologi serta kedokteran seperti al Razi dan iBnu Sina dalam bidang kedokteran, Ibnu Haitsam bidan optik, Jabir ibn Hayyan dalam bidang kimia. Mereka ini adalah ilmuan kelahiran Iran.
Lewat Iran, berbagai pemikir dunia terinspirasi kata-kata Sa'di Sirozi, Fariduddin al Aththar, Tabriz, al Raghib al Asfahany, Hafiz, Jami, Jalaluddin Rumi, Firdausi, dan Omar Khayyam.
Iran juga adalah negara yang paling tahan berperang. Ada buku yang menyebutkan bahwa sejarah panjang Iran dalam berperang melewati 2.500 tahun. Anehnya, sampai sekarang negara Iran masih tegak, baik dari segi ekonomi, politik dan terlebih lagi bidang pemikiran filsafat dan teknomologi. Teknologi nuklir Iran termasuk ditakuti negara- negara barat bahkan Amerika sekalipun.
Cerita seorang kawan, bahwa di Iran harga selembar jas jauh lebih murah daripada negara negara eropah dengan kualitas lebih bagus. Itu berartirpduksi tekstil Iran sangat maju. Mereka memproduksi sendiri, dan memakai sendiri dengan kualitas ekspor. Ini tentu mencengangkan. Dibanding dengan mentalitas sebagian pebisnis kita. Produk produk dalam negeri yang berkualitas tinggi semua diekspor. Sedang produk yang berkualitas jelek dipakai dalam negeri. Sehingga kesan masyarakat, kita tidak mampu merpduksi barang- barang berkualitas tinggi. Sepatu Cipaduyut, Bandung, hebat. Tetapi yang berkualitas tinggi untuk ekspor. Batik Pekalongqn, Lawean, Solo, Situresmi, Cirebon, semuanya sama. Yang berkualitas tinggi untuk kalanganelit dan ekspor.
Produk makanan juga demikian halnya. Ikan, udang, yang berkualitas tinggi untuk diekspor. Sedang kepala ikan dan udang yang sudah membusuk dibuat terasi. Dengan kreatifitas masyarakat Indonesia yang rata rata hidup dalam kemiskinan, terasi dibuat menjadi sambel terasi. Konon, bangsa Indonesia sangat hebat dalam membuat berbagai sambel. Semakin banyak sambelnya, itu berarti emncerminkan kemiskinan suatu bangsa. Coba lihat orang- orang barat yang hanya memiliki satu macam sambel, saos. Kemanapun kita pergi, rasanya memang Indonesialah yang memiliki rupa rupa sambel. Sambel ijo, sambel terasi, sambel ulek, dst.
Kembali ke Iran tadi. tokoh sekaliber Imam al Ghazali, yang petuah petuahnya dikutip pada setiap harinya di seluruh penjuru dunia juga lahir dan wafat di Thus, Iran. Meskipun beliau tidak mendapatkan penghormatan yang sewajarany dari masyarakat Iran sebagaiman mulah mullah yang lain. Prof Basri Hasanuddin, mantan dute besar Iran pernah bercerita. Bahwa ketika pertama kali beliau berkunjung ke makam Imam Ghazali, rasanya beliau tidak percaya bahwa tokoh dan ulama sekaliber Ghazali memiliki makam yang sangat sederhana. Batu nisan pun tidak ada. Hanya ada seonggokan tanah di atasnya sebagai tanda bahwa di situ adalah makam. Sesungguhnya, ini yang menarik. Mengapa ada tokoh yang demikian hebat, tetapi oleh masyarakat Iran tidak memuliakannya. Apakah ini karena Ghazali adalah seorang tokoh sunni? Meskipun belakangan, saya mendapat informasi bahwa orang Iran sudh mulai memberi sedikit penghormatan kepada Imam Ghazali tadi.

Tidak ada komentar: