Gallery

Jumat, 24 Juli 2015

Nelayan

Nelayan identik dengan kemiskinan. Hidup para nelayan sangat tergantumg dengan hasil tangkapan ikan. Apalagi nelayan dengan peralatan tradisional yang sangat berharap kepada kebaikan alam. Cuaca buruk sangat memengaruhi sedikit banyaknya tangkapan para nelayan itu. Sehingga, dalam prakteknya nelayan hidup gali lobang dan tutup lobang. yang kaya hanyalah para punggawa. Para punggawalah yang menjamin kehidupan para nelayan ketika mereka melaut. Punggawa juga sebagai tempat meminjam kebutuhan mendesak para nelayan. Punggawa yang menetapkan harga harga. Para punggawalah yang sesungguhnya beruntung atas jerih payah para nelayan. Nelayan tetap saja sebagai nelayan. Nelayan tetap saja sebagai pekerja, bukan pemilik modal. Nelayan tidak memiliki power sampai dalam hal menentukan harga ikan atau komoditas laut lainnya. Nelayan tetap saja miskin.
Dalam kaitan ini perlu pemberdayaan kaum nelayan. Anak-anak mereka perlu sentuhan pemerintah agar mereka dapat sekolah. Agar mereka dapat menikmati pendidikan yang sesungguhnya. Mereka harus hidup layak. Mereka harus hidup sejahtera. Mereka tidak boleh hidup sebagai sub ordinat. Mereka harus hidup merdeka.
Saya pernah menyaksikan seorang nelayan menjual ikannya. Tiba tiba seorang Pappalele, penadah menawar ikannya dua tolor, dua ikat dengan harga 25 ribu. Beberapa menit kemudian saya menawar ikan yang sama di tempat yang hanya berjarak satu meter dari tempat si nelayan, penjual pertama. Ternyata ia jual 35 ribu rupiah. Nelayan tak berdaya di hadapan para pappalele. Demikian gambaran hidup nelayan. Hasil tangkapannya pun hanya satu ember, dan harganya hanya cukup hidup satu minggu. Rata-rata nelayan hidup miskin, tidak berkecukupan. Hasil tangkapannya tersebut bisa terjual sekitar 250 ribu rupiah. Harga ini sangat jauh dari kebutuhan sehari- hari mereka. Apalagi harga-harga barang sekarang ini yang membumbung tinggi.
Pada kesempatan lain, saya menyaksikan seorang ibu, isteri nelayan yang menjual ikan kering. Begitu saya membeli beberapa ikan yang dijualnya, uang pembayaran saya, langsung diciumnya, seraya berucap: "alhamdulillah, sudah ada pembeli sepatu untuk putera saya". Betapa sulitnya kehidupan para nelayan itu. Barangkali hal serupa juga terjadi di tempat-tempat lain.

Tidak ada komentar: