Gallery

Selasa, 29 Juli 2014

Keluarga Arab

Kawan saya, pak Beny bercerita perihal keluarga Arab, Saudi Arabiyah. Kebetulan isterinya sudah empat tahun bekerja di sana. Orang Arab kalau memanggil saudaranya langsung menyebut nama. Kalau orang Indonesia, biasanya menyebut abang atau adik. Di mata pak Beny, etika bangsa Indonesia lebih tinggi daripada orang Arab. Bahkan kalau menegur, orang Arab juga tanpa tedeng aling-aling. Mereka cenderung kasar. Pembantu rumah tangganya terus diawasi. Mereka tidak sembarang waktu bisa keluar rumah termasuk kalau sedang membuang sampah. Ada tempat khusus. Mereka sangat diprotek. Cerita Mas Beni memang menarik. Bahkan ada informasi yang menyebutkan bahwa pemuda-pemuda arab sebagian besarnya tidak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Mereka mendapatkan guru-guru yang kurang profesional. Berbeda dengan kaum perempuannya yang menerima pendidikan dari guru-guru profesional dan sangat terpelajar.Jadi, kita sulit mengharapkan kebangkitan pemikiran Islam dari Arab Saudi. Apalagi pemikiran keagamaannya sangat rigid di bawah pengaruh wahabi. Ibnu Baz juga sangat dominan dalam memberikan fatwa-fatwa agama. Situs-situs sejarah Islam sudah diberangus rejim wahabi. Rumah Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama menjadi perpustakaan umum yang tidak terurus. Rumah Khadijah yang agung dijadikan toilet umum. Di sekitar tanah haram dibangun hotel berbintang. Di sekitar ka'bah, baitullah di samping kiri kanannya ada toko penjual pakaian dalam. Kekhusyukan ibadah umrah dan haji sangat terganggu dengan pemandangan glamour tersebut. Generasi muslim mendatang sudah kehilangan jejak sejarah. Ini adalah kerugian peradaban manusia.

Tidak ada komentar: