Gallery

Senin, 16 Juni 2014

Dosen= Bahagia

Seminggu yang lalu, saya mendapatkan undangan untuk mengisi acara workshop kurikulum program studi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel Surabaya. Tempat acaranya di Tretes, Jawa Timur. Tretes tempat wisata yang eksotik. Viewnya indah. Udaranya sejuk. Airnya jernih. Lokasinya strategis. Perjalanan dari bandara Juanda sekitar 2 jam. Dalam pikiran saya, para dosen Ushuluddin dan Filsafat, orangnya serius. Tapi ternyata, begitu saya mulai ceramah, meluncurlah sejumlah humor dari bibir mereka. Saya terkesan. Saya tahu mereka itu adalah dosen yang mengajar di perguruan tinggi dengan mahasiswa yang sedikit. Kegiatan dan program akademiknya juga sangat terbatas. Pikiran saya pastilah mereka hidup pas-pasan. Rupanya tidak selamanya kebahagiaan itu didapatkan dari uang yang banyak dan harta yang menumpuk. Kebahagiaan bisa diciptakan, kapan saja dan di mana saja. Dan oleh siapa saja. Tergantung perspektif seseorang. Saya tidak pernah menduga, bahwa sepanjang ceramah saya, mereka dengan sangat santai "melempar" guyonan yang cerdas. Sambil saya ceramah, saya juga mempersilakan mereka untuk menikmati coffee break. Seorang dosen nyeletuk: "mumpun kopinya masih aktual"! Kebetulan yang memandu acara adalah Wakil Dekan fakultas Ushuluddin yang tak kalah "kocaknya". Rupanya beliau seorang ulama, dan salah seorang imam Masjid Agung Surabaya. Dalam kata pengantar, beliau memperkenalkan dirinya wakil dekan merangkap sopir. Pasalnya, sewaktu menjemput saya di bandara, beliau sebagai drivernya. Beliau cukup menikmati hidup, meskipun tidak nampak pada dirinya sebagai seorang hidup berkecukupan. Dari tampannya, kelihatannya beliau hidup sederhana. Pada mobil yang dikendarainya juga tidak memiliki asesoris yang melambangkan hidup mewah. Semuanya standar. Tetapi, sepanjang perjalanan, beliau sering berkisah hal-hal yang lucu. Humor-humor ringan. Saya menduga ia adalah seorang yang sedang menikmati hidup bahagia. Ternyata kebahagiaan tidak selamanya diukur dn ditentukan oleh uang. Kebahagiaan bisa diperoleh dengan memperkaya perspektif terhadap dunia dan kehidupan. Tentu saja, hidup bahagia harus diperjuangkan.

Tidak ada komentar: