Gallery

Kamis, 02 April 2020

Siap Jenderal!

Catatan singkat dari buku Jenderal M. Jusuf, Panglima Para Prajurit, 2006, karya Atmadji Sumarkidjo. Ada banyak legacy yang ditinggalkan Jenderal Jusuf, antara lain: 1. Rumah Sakit Jaury Jusuf sebagai simbol cinta beliau kepada putera si mata wayangnya yang meninggal karena penyakit tetanus. Rumah Sakit ini terkenal dengan pelayanannya yang cepat. Juga RS ini sebagai tempat praktek bagi mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar. 2. Gedung Manunggal ABRI, Makassar. Di gedung pertemuan ini, Jenderal Jusuf pernah berpidato sambil menunjuk jam yang tidak tepat waktu yang bertengger di dinding gedung. Kalau mau maju harus tepat waktu. Jenderal Jusuf ke mana-mana selalu memakai jam Rolex yang dibelinya di Amerika Serikat. Jam kesayangan beliau ini disimpan pada pergelangan tangan kanannya, dan tidak pernah telat semenit pun. 3. Mesjid al-Markaz al- Islamy. Mesjid termegah dan terbesar di kawasan Indonesia Timur. Prof Nurcholish Madjid adalah khatib pertama di masjid ini. Beliau menyampaikan kesan megah masjid ini. Jenderal Jusuf juga menyampaikan pidato singkat pada waktu itu. Kebetulan saya juga hadir pada jumat pertama itu. Prof Hassan Hanafi (intelektual terkemuka Mesir) juga pernah shalat jum'at di sana. Saya salah seorang yang ikut mengantar beliau. Karena beliau langsung duduk, maka saya membisik beliau. Prof, tahiyyat al- masjid. Dan secepat kilat beliau langsung berdiri, dan melaksanakan shalat tahiyyat al- masjid sebanyak dua raka'at. Setelah itu, beliau dipersilakan untuk menyampaikan kultum. Dan ada point yang saya ingat, beliau merasakan bahwa mesjid ini semegah masjid- masjid peninggalan Ottoman Empire di Istanbul Turki. 4. Jenderal Jusuf terkenal sebagai pemberani dan memiliki insting yang sangat kuat. Naluri kewaspadaan telah terbangun dari masa muda beliau. Dan ini tidak diperoleh dari latihan. Konon, Pak Jusuf dianggap memiliki ilmu kebal yanh dipelajarinya dari kampung halamannya, Bone. Meskipun isterinya sendiri, Bu Elly Jusuf tidak memercayai hal mistik yang satu ini. Terlepas ini semua, beliaulah yang melakukan operasi tangkap Andi Selle di Sungai Mamasa--setelah beliau berkuasa sekitar 10 tahun di Tanah Mandar. Pemberontakan Kahar Muzakkar berhasil dilumpuhkan di Pakue, Sulawesi Tenggara setelah pengintaian 10 bulan di wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Jenderal M. Jusuf adalah salah seorang ajudan Kahar Muzakkar ketika mereka masih di Yogyakarta. Tewasnya Kahar Muzakkar menjadi peristiwa bersejarah karena di mata Jakarta DI/ TII menjadi persoalan nasional yakni ancaman disintegrasi bangsa. 5. Jenderal Jusuf dikenal sebagai " Jenderal Para Prajurit". Beliau merupakan panglima yang sangat menyayangi prajuritnya, memerhatikan kesejahteraan mereka, lauk- pauk prajuritnya, dst. Anak tentara dulu selalu mendapatkan jatah susu. Jenderal Jusuf pada setiap sidak selalu menanyakan nasib dan keadaan para prajuritnya. Bahkan urusan yang remeh-temeh biasa juga beliau tanyakan. Apa sudah punya pacar? Berapa kamar di rumah prajurit. Apa ada televisi? Bagaimana listriknya? Berapa anaknya?, Anggota TNI tidak boleh memiliki perut buncit, nanti kesulitan lari, dst. Sampai pada satu titik, Pak Jusuf sangat dicintai para prajuritnya ( h. 356). 6. Ada dua pesan Jenderal Jusuf yang patut dicatat. (a) Kalau kau mempunyai niat baik, buat apa kau takut kegiatanmu dilaporkan kepada siapa pun, pesan sang Jenderal bintang penuh ini kepada para karyawannya.. (b).....sebagai manusia kita harus dapat menjalin hubungan menurut harkat kemanusiaan yang sedalam-dalamnya ( h. 301). ...karena hubungan antar manusia itu akan bersifat kekal dan akan merupakan kekayaan yang paling besar dan tak ternilai harganya di bumi, demikian pesan beliau kepada anggota TNI dan karyawannya di BPK RI (h. 407). 7. Lahirnya perintah Supersemar dari Presiden Soekarno kepada Soeharto juga adalah peran penting yang dimainkan Jenderal Jusuf, Amirmachmud dan Jenderal Basuki Rachmat. Gonjang- ganjing naskah asli teks Supersemar belum juga reda sampai hari ini. Konon, Jenderal Jusuf pernah berkomitmen untuk menulis sejarah lahirnya Supersemar. Dan publik pun menunggu-nunggu. Dan kita percaya bahwa beliau menyimpan naskah yang asli. Terlepas dari itu semua, kita cukup prihatin dengan Arsip Nasional kita dan lembaga-lembaga terkait. Betapa dokumen yang demikian penting, kok bisa hilang. Padahal tahun diterbitkannya relatif sangat baru. Kalau kita bercermin kepada lembaga-lembaga arsip dunia tentu hal ini sangat memprihatinkan. Perpustakaan di Leiden, Belanda, London, Jerman, Amerika, Jepang, China, Turki dan negara-negara maju lainnya terkenal dengan kerapian dan ketekunan mereka dalam menyimpan arsip dan manuskrip. Dan tidak tanggung-tanggung manuskrip dan arsip yang dikonservasi adalah yang telah berumur ratusan tahun. Apa pun ceritanya, teks Supersemar yang sangat bersejarah itu masih menjadi teka-teki ( h. 186). 8. Ada peristiwa menarik pada detik- detik serah terima jabatan dari Jenderal Jusuf kepada dua penggantinya, Jenderal Poniman ( menteri pertahanan) dan Jenderal L.B. Moerdani ( Panglima ABRI). Seorang atase Amerika meminta pak Jusuf untuk memberikan kenangan kepada beliau. Ia meminta tongkat komando yang selama ini dipegang Jenderal Jusuf. Tongkat komando itu tidak biasa karena terbuat dari kayu khusus dari Sulawesi Selatan. Konon, tongkat komando pak Jenderal bertuah dan bisa menambah wibawa pemiliknya. Dan pada saat- saat genting, tongkat tersebut biasa dipukul-pukulkan ke meja. Tongkat komando itu sudah mengetuk entah berapa ribu kepala prajurit. Ketika pak Jenderal ditanya, mengapa tongkat itu diberikan kepada orang asing? Beliau menjawab, Kasihan dia. Dia sudah kena semprot banyak pihak ketika kita tidak jadi ke Amerika dulu! ( h. 402). 9. Ada lagi kebiasaan menarik pak Jenderal. Kalau keluar negeri, beliau selalu membawa dua paspor. Paspor hitam untuk perjalanan resmi sebagai pejabat, dan paspor cadangan yang memakai nama orang lain. Kalau pesawat kita dibajak dan mereka minta paspor, kita serahkan paspor cadangan supaya identitasnya tersamar, ujarnya. ( h. 297-298). Dengan segala prestasi gemilang di militer, dan sampai meraih jenderal penuh, pak Jusuf pada masa-masa akhir hidup beliau, tetap saja "dicurigai". Gerakannya dipantau, dan barangkali juga dibatasi. Barangkali hal ini terkait dengan suksesi nasional dan suhu perpolitikan nasional. Semoga kita bisa meneladani beliau, Jenderal para prajurit. Kita salut dan angkat topi kepada beliau yang terus konsisten menjaga marwah prajurit. Beliau juga tetap konsisten sebagai pejabat yang bersih meskipun sempat menjadi menteri perindustrian. Selamat jalan pak Jenderal. Semoga karya, tracd record dan amal kebaikan beliau selalu menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Semoga beliau diterima di Sisi-Nya. Amin.

Tidak ada komentar: