Ibn Sina dan Buku Loakan

Adalah Marvin E. Gettleman and Stuart Schaar mengedit buku dengan judul: The Middle East and Islamic World Reader, 2003. Buku ini menarik karena memuat buku- buku dan tokoh-tokoh inspiratif dunia terutama di Timur Tengah. Tokoh fan penulis Abd al- Hasan al- Mawardi dengan kitab al- Ahkam al- Sulthaniyahnya, Abu Ali al- Husain ibn Sina ( Avicenna), sebagai the ideal muslim intellectual pada abad 11, beliau dikenal sebagai ilmuan sekaligus filosof. Sedari muda, ibn Sina sudah belajar logika, matematika, filsafat dan kedokteran. Ilmu kedokteran menurut pengakuannya adalah ilmu yang muda dipelajari. Semua buku tentang kedokteran sudah dibacanya. Demikian juga tentang logika dan ilmu-ilmu filsafat. Hari- hari belajar filsafat, beliau tidak tidur sepanjang malam. Kadang kala beliau ke masjid untuk shalat dan berdo'a agar diberikan kemudahan untuk memecahkan problem- problem krusial filsafat. Setelah berdo'a, beliau kembali ke rumah lagi. Ia menyalakan lampu, dan melanjutkan membaca dan menulis. Ketika badanku lemah, maka aku minum segelas anggur agar tenagaku pulih kembali. Sampai aku menjadi ahli logika, ilmu-ilmu alam dan matematika. Selanjutnya, aku tertarik mendalami metafisika. Dan saya membaca metafisika Aristoteles. Saya tidak paham apa isinya, meskipun saya sudah membacanya lebih dari 40 tahun. Saya membacanya "dengan hati", tapi tidak paham juga. Sehingga saya berkata dalam hati, This is a book which there is no way of understanding. Barangkali buku ini tidak ada jalan untuk memahaminya. Buku Metafisika Aristoteles ini ditulis bukan untuk dimengerti, bisiknya membatin. Sampai suatu sore, saya bertemu seseorang di tempat penjualan buku loakan. Orang itu menawariku buku itu, tetapi saya tidak tertarik. Saya berpikir buku tersebut tidak bermanfaat untuk pengembangan ilmu yang spesifik. Tetapi orang tersebut terus menawari saya sambil berkata: belilah buku ini, dan murah. Dan saya ingin menjualnya kepada anda 4 dirham. Pemilik buku ini sangat membutuhkan uang. Kemudian saya pun membelinya, dan ternyata buku itu adalah karya Abu Nasr al- Farabi dengan karyanya On the Objects of the Metaphysics. Ibn Sina kembali ke rumahnya, dan langsung membaca buku al- Farabi tersebut. Dan saya pun memahami metafisika Aristoteles lewat karya al- Farabi ini. Karier intelektual Ibn Sina semakin menanjak dancemerlang berkat akses beliau ke perpustakaan terbaik pada masanya. Fazlur Rahman mencatat bahwa menjelang akhir abad ke-10 M, filosof Ibn Sina bisa mengakses perpustakaan Nuh ibn Nasr, pembesar Persia. Sayang sekali, koleksi perpustakaan ini belakangan hilang dan habis dilalap api.( Fazlur Rahman, Islam, Yhe University of Chicago, 1979, h. 182). Demikian kegigigan Ibnu Sina dalam mencari ilmu dan memecahkan persoalan- persoalan rumit filsafat ( h. 26-28).