Gallery

Rabu, 29 April 2020

Mendengarkan Suara dari Timur

"Alternative Voices": Mendengarkan Suara dari Timur Oleh Dr Muhammad Zain, Kepala Pusat Litbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi. Kita patut mengapresiasi prakarsa dosen-dosen muda IAIN Parepare untuk menulis buku inspiratif untuk memperkuat kajian-kajian moderasi beragama. Sehingga buku tersebut dapat dijadikan acuan civitas akademika kampus untuk terus berperan dalam meredam benih-benih konflik bernuansa identitas agama dalam lingkup kehidupan masyarakat secara luas. Saya menyaksikan antusiasme para penulis buku ketika saya menghadiri Focus Group Discussion (FGD), sore hari di pinggir pantai Pare-Pare. FGD tersebut dihadiri Kepala Pusat Penerbitan dan Publikasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Parepare, Dr M Ali Rusdi Bedong, M.HI., dan Kepala Pusat Penelitian LP2M, Dr Muhiddin Bakry M.Ag., beserta para dosen penulis naskah buku. Setidaknya terdapat empat kekuatan Buku Moderasi Beragama ini, sebagai berikut: Pertama, buku ini memiliki konten yang menarik dan aktual dengan dinamika kehidupan keberagamaan di Indonesia. Ditambah lagi dengan para penulisnya merupakan dosen muda yang energik dan produktif serta memiliki semangat literasi yang baik. Khususnya dalam pengembangan khazanah keilmuan, kontribusi para penulis muda dibutuhkan sebagai penyegaran kembali kajian-kajian teks keagamaan yang didialogkan dengan realitas kekinian. Kedua, naskah buku ini menyajikan antologi kajian dari lintas rumpun keilmuan berbasis kajian teks yang menyasar konten historis, filosofis dan kontekstual. Para penulisnya menawarkan narasi alternatif dan solutif dalam mengurai kajian keagamaan dan kebangsaan yang integratif. Juga dikemas dengan bahasa yang sederhana, mendalam, cair dan lugas. Ketiga, buku ini merupakan khazanah penting, khususnya yang terbit dari ranah akademik PTKIN di bawah lingkup Kementerian Agama RI. Seperti jamak diketahui bahwa Kementerian Agama dan Kementerian/ Lembaga lainnya sedang gencar-gencarnya melakukan gerakan pengarus-utamaan moderasi beragama dalam dinamika kebangsaan masyarakat Indonesia. Buku ini hadir untuk menyuarakan pesan-pesan agama yang konstruktif bagi terwujudnya kehidupan keagamaan yang damai, toleran dan sejuk. Keempat, buku ini dapat dijadikan sebagai sumber khazanah keilmuan bagi peningkatan dan penguatan literasi masyarakat, khususnya bidang moderasi beragama. Halmana, kecenderungan masyarakat majemuk di Indonesia sangat membutuhkan khazanah moderasi beragama yang secara aktif membangun semangat literasi moderasi, baik bagi para tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi maupun kaum muda milenial. Sesungguhnya model moderasi beragama dapat dipetik dari praktek hidup Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama dalam sirah al-nabawiyah dan para sahabatnya yang perlu direaktualisasi dalam dinamika kehidupan kebangsaan kita. Moderasi beragama itu sejatinya tak melulu bercermin dari Barat, bahkan Islam di masa awal pun sudah banyak memberikan nilai-nilai mendasar dan praktek moderasi beragama yang dapat dikontektualisasi di era disrupsi. Selain itu, kita berharap agar para dosen terus menulis dan turun tangan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya merawat keutuhan bangsa, salah satunya dengan memperkuat literasi moderasi beragama. Dosen tidak puas dengan hanya berdiri mengajar di ruang kuliah yang dibatasi oleh tembok-tembok beton. Dosen harus aktif melakukan kajian, riset dan menulis karya-akademik yang bermutu tinggi. Semoga dengan hadirnya buku ini sebagai ajang mendorong para dosen agar aktif menulis yang manfaatnya akan dirasakan masyarakat luas, di samping sebagai perwujudan pengembangan Tri Dharma perguruan tinggi bagi dosen. Wal hasil, saya ingin menutup pengantar ini dengan mengutip kisah alegoris Jalaluddin Rumi tentang universalitas agama-agama. Syahdan, telah terjadi pertemuan orang Yunani, Arab, Turki dan Persia. Ketika mereka dalam sebuah perjalanan didera lapar, mereka bersepakat untuk mengumpulkan uang untuk membeli sesuatu untuk dimakan. Di sini muncul masalah. Sebab, sang Yunani ingin membeli stafil, si Arab mau membeli inab. Si Persia menginginkan anggur, sementara si Turki hendak membeli uzum. Mereka mulai bertengkar. Untungnya, seorang bijak lewat dan melerai mereka. Beritahu saya, apa keinginan kalian sambil mengambil uang dari mereka. Beberapa saat kemudian sang bijak datang membawa beberapa macam anggur. Mereka pun sangat bergembira melihatnya karena ternyata sesuai dengan keinginan mereka semua. Barang yang dipertengkarkan ternyata hal yang sama. Agama secara universal adalah sama. Mereka terkadang berbeda dalam hal nama dan penamaan atas sesuatu. ( Henry Bayman, The Secret of Islam, h. xix). Petuah Rumi lagi...Kebenaran laksana selembar cermin di "Tangan Tuhan". Jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan-kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah (memungut) dan memiliki kebenaran secara utuh. Semoga kehidupan keberagamaan kita semakin dewasa, damai, toleran dan penuh pesona. Amin. Ciputat, Maret 2020

1 komentar:

michelle mengatakan...

Izin promo ya Admin^^
bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))