Gallery

Minggu, 15 Januari 2017

Umrah-3

Sekitar pkl 17.15 kami tiba di Mekkah. Azan Isya berkumandang, saat di mana kami masih saling mencari dengan mas Nurul Aizat. Saya menderek koper besar. Mas Fikri menderek koper berukuran sedang sambil menentang rangselnya. Saya melewati jalan- jalan padat menembus jamaah Isya. Saya sedang di toko Jam Rolex, sms saya via WA. Tidak lama kemudian, mas Nurul muncul dari belakang sambil menyapa, pak Zain! Alhamdulillah kami langsung mencari jalan menuju Pullman Zam- Zam Tower. Naik ke lantai P 11 resepsionis. Kami mendaftar, dan tidak lama kemudian, kami diberi kunci hotel, nomor 1732. Kami masuk, kemudian keluar lagi untuk bersantap malam atas nama Patria wisata. Tidak lama kemudian, kami ditunjukin jalan menuju Baitullah, kalau sewaktu- waktu kami mau melaksanakan thawaf. Kami putuskan, tengah malam atau shubuh dini hari, kami mau thawaf. Alhamdulillah, sekitar jam 3 dini hari saya bangun shalat tahajjud. Sekitar jam 4 shubuh kami beranjak dari hotel untuk menuju Masjidil Haram yang hanya beberapa meter dsri tempat kami menginap. Alhamdulillah. Syukur kepada Tuhan atas nikmat beribadah ini. Saya langsung menuju pintu yang terdekat menuju Ka'bah. Saya dan Fikri langsung melaksanakan thawaf. Ada insiden yang hampir kami terjepit di tengah orang- orang Afrika yang gede itu. Kami harus bergegas keluar dari lautan manusia yang sedang memperebutkan hajar al- aswad. Kami lagi semeter sudah bisa mencium hajar al- aswad. Tetapi kami tidak kuasa menahan dorongan orang- orang besar tadi. Alhamdulillah, kami bisa keluar dan langsung menuju Maqam Ibrahim. Selanjutnya, kami berbelok masuk ke Hijr Ismail. Dengan tujuan untuk melaksanakan shalat sunnat hajat. Tetapi manusia sudah sangat padat terpaksa kami bergeser. Dan sambil menatap Multazam, kami melantunkan do'a- do'a khusus untuk keselamatan dunia dan akhirat. Do'a sapu jagad, Rabbana atina fi al- dunya hasanatan wa fil akhirat hasanat- an wa qina 'azab-an al- nar. Demikian selanjutnya, do'a- do'a meluncur begitu saja dari lisan para muthawwifin. Ada hal yang menarik, sambil tengok kanan- kiri, sesekali ada yang melirik ke arah Baitullah sambil memotret rumah Tuhan itu. Ada juga yang menjalankan rekaman atau video via hand phone. Ada juga yang sibuk melantunkan ayat- ayat suci al- Qur'an terjemahan bahasa kebangsaan masing- masing. Bahkan ada jama'ah yang sangat khusyu' membaca do'a -do'a tertentu dengan tulisan tangan yang sudah lusuh. Ada juga yang memaksakan diri untuk mencium hajar al- aswad. Meskipun terpaksa berebutan dengan ratusan orang lainnya yang juga sudah lama menunggu giliran mencium batu hitam tersebut. Saya tidak tahu mengapa hajar al- aswad demikian memiliki daya tarik bagi muthawwifin. Apakah di sana ada magnet bagi jiwa para peziarah. Atau ini bukti kesuksesan para penganjur bisnis haji dan umrah. Bahwa mencium hajar al- aswad adalah bagian penting dalam rangkaian thawaf. Padahal para askar sudah berteriak, haram. Musyrik. Dan kata- kata sejenisnya. Atau memang umat Islam belum sepenuhnya rasional. Unsur- unsur magi pada suatu benda masih diyakini adanya. Kalau demikian, perlu penelitian yang komprehensif mengenai pentingnya pendalaman tauhid umat.

Tidak ada komentar: