Gallery

Selasa, 29 November 2016

Pendidikan Multikultural Baku, Azerbaijan

Salam hangat dari Azerbaijan. Salam dari Pak Kusnan B. Fannani, Duta Besar Indonesia di Azerbaijan. Saya ingin melaporkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pendidikan multikultural dan praktek keagamaan Azerbaijan menjadi model pendidikan multikultural 20 negara. Seperti Jerman, Italia, Amerika, Rusia, Portugis, dll. Azerbaijan memiliki sejarah panjang dalam kehidupan berbangsa,mbernegara dan beragama. Semua isme dan mazhab masih hidup berdampingan. Zoroaster juga masih hidup meskipun tidak dominan. Bahkan lambang negara Azerbaijan adalah lidah api yang merupakan simbol agama Zoroaster. Yahudi dan Kristen juga hidup. Bahkan Kristen punya Life TV khusus untuk siaran keagamaan mereka. Hal paling menarik adalah sunni- syi'ah bisa hidup damai. Mereka bisa melaksanakan shalat maghrib bergiliran dalam satu masjid dengan praktek keberagamaan yang berbeda. Pendidikan multikultural mereka semuanya based on historical recognition. Azerbaijan memiliki Baku International Multiculturalism Center yang kantornya terletak di kota Baku, ibu kota Azerbaijan. 2. Sesungguhnya Indonesia memiliki pengalaman dan bahan multikultural yang sangat kaya. Barangkali kemasannya yang harus dipercantik. Bahwa kita sejatinya memiliki kurikulum multikultural yang berlaku nasional. Barangkali kita membutuhkan madrasah dan pesantren yang menjadi piloting multikultural yang secara akademik dan kultur bisa dirujuk secara internasional. Atau kita seharusnya membuat lembaga Indonesian multicultural Center. Tentu berbeda dengan FKUB yang selama ini hanya mengerjakan kerja- kerja birokrasi yang berjangka pendek. Tetapi lembaga multikultural yang betul- betul bekerja secara komprehensif, dan menyentuh akar permasalahan pada level graasroot. Lembaga ini diisi oleh akademisi dan praktisi sosial yang betul- betul ahli pada bidangnya. Lembaga ini memiliki wibawa secara akademik, sehingga pandangan dan rekomendasinya dapat menjadi bahan kebijakan pemerintah. Lembaga ini juga menerbitkan jurnal berskala internasional. Dimsinilah arti penting Baku International Multucultural Center, Azerbaijan. Kerjasama dengan lelmbaga ini bisa saling menguatkan dan memperkaya dengan lembaga- lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan kita yang konsern di bidang ini. Bahwa pengalaman di Indonesia yang sangat multikultural, dan juga memiliki potensi konflik yang sangat besar, cukuplah menjadi pelajaran bagi kita dalam menata Indonesia dalam berdemokrasi. 3. Bahwa fenomena Conservative Turn semakin menguat di Indonesia 15 tahun terakhir ini. Persoalan sosial dan ketimpangan ekonomi yang semakin menganga dapat menjadi pemicu konflik horizontal dan vertikal sekaligus. Tidak pernah dibayangkan bahwa plesetan Ahok terhadap Q.S al Maidah ayat 51 bisa menimbulkan kegaduhan politik yang luar biasa.tentu terlepas dari suasana politik yang semakin hangat karena bertepatan dengan pilkada DKI. Peristiwa 4 nopember yang lalu adalah pertanda menguat dan mengakarnya faham radikal di Indonesia. Kalau selama ini, ada kesan bahwa radikalisme agama bisa tumbuh subur di daerah pinggiran dan miskin desa seperti Poso, Sambas, sebagian eks GAM di Aceh, tetapi sekarang kebangkitan radikalisme baru justeru terjadinya di ibu kota seperti DKI Jakarta. Saya kira peristiwa 4 nopember bukanlah peristiwa biasa. Saya kira, Kemenag dan PTKI harus tampil sebagai problem solver. Mereka harus tampil sebagai public intellectual yang berdirinpada garda terdepan memberi pencerahan kepada masyarakat kita. Kita harus tampil dan bicara kepada pemerintah untuk menjelaskan fenomena conservative turn ini secara sistematis dan komprehensif. 4. Dengan belajar dari model pendidikan multikultural Azerbaijan, maka seharusnya Indonesia harus lebih agresif dalam mempromosikan praktek keagamaan dan pendidikan multikulturalnya ke pentas dunia. Bahwa kita memiliki pengalaman dan budaya multikultural yang lebih kaya tetapi masih kurang promosi. Azerbaijan adalah negara kecil, hanya berpenduduk 9,8 juta jiwa. Berbatasan dengan Khurasan, Iran. Cheko. Azerbaijan masih berperang dengan Armenia dibawah sokongan Rusia. Tetapi, Azerbaijan sangat percaya diri dengan pengalaman multikutural yang mereka miliki. Inilah lesson learned kita dari Azerbaijan.

Tidak ada komentar: