Gallery

Jumat, 22 April 2016

Sir Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal adalah seorang filosof-pujangga. Ia adalah Bapak bagi bangsa Pakistan, meskipun beliau wafat sebelum kemerdekaan Pakistan. Ada buku menarik yang ditulis Prof Masúd al-Hasan dengan judul Stories and Biographies from Iqbal (Lahore, t.th). Buku menarik karena memuat artikel singkat Iqbal. Ada banyak kisah alegoris. Tuhan pun tersenyum. Pertemuan Pujanggan dan Bidadari. Doá para budak. Bertemu Abu Bakar ash Shiddiq. Panglima Thariq ibn Ziyad. Orang suci dan pendosa. Rumah sakit di Hijaz. Menjadi sufi. Dialog cinta dan kematian. Dialog Kutu Buku dan laron, dst. Ada dialog Rajawali dan semut. Kita diajak bermental rajawali. Bekerja keras, tegar, dan tangguh. Rajawali sangat mandiri untuk survive. Mereka terbang tinggi, dan tidak mau bergabung dengan yang lemah. Kalau bertarung dengan singa, rajawali masih bisa mengambil matanya. Jangan senang mematok padi di atas tanah seperti burung piaraan. Berjalanlah di atas batu yang keras agar paruhmu tetap kuat. 
Ada kisah alegoris pertemuan antara seorang pujangga dengan bidadari. Ketika sang pujangga "melangit", ia digoda oleh bidadari. Agar sang pujangga mau mampir ke surga menikmati indahnya kehidupan surgawi. Tetapi, apa lacur sang pujangga tidak tertarik sama sekali dengan kehidupan surga yang monoton. Kehidupan yang tidak menantang adalah kehidupan yang tidak diinginkannya. Kehidupan monoton itu terasa akan sia- sia. Bagi Sir Muhammad Iqbal, kehidupan itu adalah gerak dan dinamika. Dan diam adalah kematian. al- Hayat harakatun. Wa al Sukun al- maut.
Iqbal, sang filosof selalu meyakinkan umat Islam agar terus bermental petarung. Percaya diri. Bahkan bermental rajawali. Bukan bermental pecundang. Sekali gebrak menjadi ciut. Bermental burung rajawali adalah bekerja keras, tegar dan tangguh. Sangat mandiri. Sebab untuk survive, burung rajawali harus terbang tinggi, dan tidak bergabung dengan orang lemah. Kalau bertarung dengan singa, ia masih mengambil matanya.
Jangan senang mematuk padi di atas tanah seperti burung liaraan. Berjalanlah di atas batu keras agar paruhmu tetap kuat.
Ada lagi kisah alegoris lainnya. Seorang bijaksana dari Iran meninggal dunia. Setalh wafat, ia mengadu kepada Tuhan. Wahai Tuhanku, mengapa malaikat maut demikian tidak profesional dalam melaksanakan tugasnya.  Ia mencabut nyawa dengan cara yang kasar. Ia tidak menunjukkan profesinalisme kerja. Sedari dulu, pekerjaannya tidak meningkat. Maalaikat mmaut mencabut nyawa tidak dengan SOoP profesional.
Sedankan. Di Barat dewasa ini, sudah memgembanggkan teeknologi tinggi untuk
pembunuhan massal.
dalam sekejab, barat bisa membunuh ribuan orang. Senjata kimianya sudah sangat canggih. Dalam hitungan detik, mereka bisa memanfaatkan pesawat jet canggih dengan senjata kimia untuk membunuh secara massal. Malaikat maaut pun akan. Kebingunan menyaksikannya. Tuhanku, tolonng kirimlah malaikat maut- Mu ke Barat agar bisa mengikuti pelatihan mencabut nyawa secara ceoat, aman, nyaman dan profesional. Tentu kisah alegoris ini tidak bisaa dipahami secara harfiyah. Kita harus memahaminya secara filosofis dan pemikiran yang mendalam.

Tidak ada komentar: